Indosat Blog Contest (SinyalKuat.co.cc)
Custom Search

Senin, 16 November 2009

KECERDASAN EMOSI

Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya.
Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan Mental yang membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan tersebut.

Jadi orang yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau perasaan-perasaan, tetapi juga memahami apa artinya. Dapat melihat diri sendiri seperti orang lain melihat kita, mampu memahami orang lain seolah-olah apa yang dirasakan orang itu kita rasakan juga.
Tidak ada standar test EQ yang resmi dan baku. Namun kecerdasan Emosi dapat ditingkatkan, baik terukur maupun tidak. Tetapi dampaknya dapat dirasakan baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Banyak ahli berpendapat kecerdasan emosi yang tinggi akan sangat berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup.

Setidaknya ada 5 unsur yang membangun kecerdasan emosi, yaitu:
1. Memahami emosi-emosi sendiri
2. Mampu mengelola emosi-emosi sendiri
3. Memotivasi diri sendiri
4. Memahami emosi-emosi orang lain
5. Mampu membina hubungan sosial

Sejauh mana kecerdasan emosi anda? Untuk mengetahuinya, kelima unsur diatas dapat dijadikan barometer untuk mengukur apakah anda termasuk orang yang cerdas secara emosi. Berikut ini adalah hal-hal spesifik yang perlu dipahami dan dimiliki oleh orang-orang yang cerdas secara emosi:
Mengatasi Stress
Stress merupakan tekanan yang timbul akibat beban hidup. Stress dapat dialami oleh siapa saja. Toleransi terhadap stress merupakan kemampuan untuk bertahan terhadap peristiwa-peristiwa buruk dan situasi penuh tekanan tanpa menjadi hancur. Ini berarti mengelola stress dengan positif dan merubahnya menjadi pengaruh yang baik.Orang yang cerdas secara emosional mampu menghadapi kesulitan hidup dengan kepala tegak, tegar dan tidak hanyut oleh emosi yang kuat. Cenderung menghadapi semua hal, bukannya lari dan menghindar. Dapat mengelakkan pukulan sehingga tidak hancur dan tetap terkendali. Mungkin sesekali terjatuh namun tidak terpuruk sehingga dapat berdiri tegak kembali.

Mengendalikan Dorongan Hati
Merupakan karakteristik emosi untuk menunda kesenangan sesaat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Hal ini sering juga disebut “menahan diri”.Orang yang cerdas secara emosi tidak memakai prinsip “harus memiliki segalanya saat itu juga”. Mengendalikan dorongan hati merupakan salah satu seni bersabar dan menukar rasa sakit atau kesulitan saat ini dengan kesenangan yang jauh lebih besar dimasa yang akan datang. Kecerdasan emosi penuh dengan perhitungan.

Mengelola Suasana Hati
Merupakan kemampuan emosionil yang meliputi kecakapan untuk tetap tenang dalam suasana apapun, menghilangkan gelisahan yang timbul, mengatasi kesedihan atau berdamai dengan sesuatu yang menjengkelkan.
Orang yang cerdas secara emosi tidak berada dibawah kekuasaan emosi. Mereka akan cepat kembali bersemangat apapun situasi yang menghadang dan tahu cara menenangkan diri.
Mengelola suasana hati bukan berarti menekan perasaan. Salah satu ekspresi emosi yang bisa timbul bagi setiap orang adalah marah. Menurut Aristoteles, Marah itu mudah. Tetapi untuk marah kepada orang yang tepat, tingkat yang tepat, waktu, tujuan dan dengan cara yang tepat, hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang cerdas secara emosi.
Ketiga hal tersebut diatas, merupakan kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi-emosi diri sendiri yang harus dimiliki oleh orang-orang yang dikatakan cerdas secara emosi.

Memotivasi Diri
Orang dengan keterampilan ini cenderung sangat produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka hadapi. Ada banyak cara untuk memotivasi diri sendiri antra lain dengan banyak membaca buku atau artikel-artikel positif, “selftalk”, tetap fokus pada impian-impian, evaluasi diri dan sebagainya.

Memahami Orang lain
Menyadari dan menghargai perasaan-perasaan orang lain adalah hal terpenting dalam kecerdasan emosi. Hal ini juga biasa disebut dengan empati.Empati bisa juga berarti melihat dunia dari mata orang lain. Ini berarti juga dapat membaca dan memahami emosi-emosi orang lain.Memahami perasaan orang lain tidak harus mendikte tindakan kita. Menjadi pendengar yang baik tidak berarti harus setuju dengan apapun yang kita dengar.Keuntungan dari memahami orang lain adalah kita lebih banyak pilihan tentang cara bersikap dan memiliki peluang lebih baik untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan orang lain.

Kemampuan Sosial
Memiliki perhatian mendasar terhadap orang lain. Orang yang mempunyai kemampuan sosial dapat bergaul dengan siapa saja, menyenangkan dan tenggang rasa terhadap orang lain ynag berbeda dengan dirinya.
Tingkah laku seperti itu memerlukan harga diri yang tinggi, yaitu: menerima diri sendiri apa adanya, tidak perlu membuktikan apapun (baik pada diri sendiri maupun orang lain), bahagia dan puas pada diri sendiri apapun keadaannya.
Kemampuan sosial erat hubungannya dengan keterampilan menjalin hubungan dengan orang lain. Orang yang cerdas secara emosi mampu menjalin hubungan sosial dengan siapa saja. Orang-orang senang berada disekitar mereka dan merasa bahwa hubungan ini berharga dan menyenangkan. Ini berarti kedua belah pihak dapat menjadi diri mereka sendiri.Orang-orang dengan kecerdasan emosi yang tinggi bisa membuat orang lain merasa tentram dan nyaman berada didekatnya. Mereka menebar kehangatan dan keterbukaan atau transparansi dengan cara yang tepat.

Apakah Anda Termasuk Orang yang Cerdas secara Emosi?Anda dan orang-orang disekitar Anda-lah yang tahu.
Atau Anda ingin menjadi Orang yang Cerdas secara Emosi?Sepertinya tidak terlalu sulit bukan?Selamat mencoba, Semoga Berhasil.

Senin, 17 Agustus 2009

tulusnya cinta

ketika kita dengar kata cinta , terbesit sesosok keindahan,kedamaian ,kebahagiaan ,sex juga tidak lupa.tapi aku memang benar2 baru tahu kalau cinta itu memang benar2 tulus y,membangun ,membawa kebaikan,tuhan berikan padaku kekuatan tuk jalani semuanya.

Kamis, 26 Maret 2009

Lampung adalah sebuah provinsi yang paling selatan di Pulau Sumatra. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatra Selatan

Letak dan kondisi alam
Provinsi Lampung seluas 35.376,50 km2 terletak pada garis peta bumi: timur-barat di antara 105o 45' serta 103o 48' bujur timur; utara selatan di antara 3o dan 45' dengan 6o dan 45' lintang selatan. Daerah ini di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus, dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.
Keadaan alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas.
Gunung-gunung yang puncaknya cukup tinggi, antara lain:
Gunung Pesagi (2262 m) di Sekala Brak, Lampung Barat
Gunung Seminung (1.881 m) di Sukau, Lampung Barat
Gunung Tebak (2.115 m) di Sumberjaya, Lampung Barat
Gunung Rindingan (1.506 m) di Pulau Panggung, Tanggamus
Gunung Pesawaran (1.161 m) di Kedondong, Lampung Selatan
Gunung Betung (1.240 m) di Teluk Betung, Bandar Lampung
Gunung Rajabasa (1.261 m) di Kalianda, Lampung Selatan

Sungai-sungai yang mengalir di daerah Lampung menurut panjang dan cathment area (c.a)-nya adalah:
Way Sekampung, panjang 265 km, c.a. 4.795,52 km2
Way Semaka (Semangka), panjang 90 km, c.a. 985 km2
Way Seputih, panjang 190 km, c.a. 7.149,26 km2
Way Jepara, panjang 50 km, c.a. 1.285 km2
Way Tulangbawang, panjang 136 km, c.a. 1.285 km2
Way Mesuji, panjang 220 km, c.a. 2.053 km2
Way Sekampung mengalir di daerah kabupaten Tanggamus dan Lampung Selatan. Anak sungainya banyak, tetapi tidak ada yang panjangnya sampai 100 km. Hanya ada satu sungai yang panjangnya 51 km dengan c.a. 106,97 km2 ialah Way Ketibung di Kalianda.
Way Seputih mengalir di daerah kabupaten Lampung Tengah dengan anak-anak sungai yang panjangnya lebih dari 50 km adalah
Way Terusan, panjang 175 km, c.a. 1.500 km2
Way Pengubuan, panjang 165 km, c.a. 1.143,78 km2
Way Pegadungan, panjang 80 km, c.a. 975 km2
Way Raman, panjang 55 km, c.a. 200 km2
Way Tulangbawang mengalir di kabupaten Tulangbawang dengan anak-anak sungai yang lebih dari 50 km panjangnya, di antaranya:
Way Kanan, panjang 51 km, c.a. 1.197 km2
Way Rarem, panjang 53,50 km, c.a. 870 km2
Way Umpu, panjang 100 km, c.a. 1.179 km2
Way Tahmy, panjang 60 km, c.a. 550 km2
Way Besay, panjang 113 km, c.a. 879 km2
Way Giham, panjang 80 km, c.a. 506,25 km2
Way Mesuji yang mengalir di perbatasan provinsi Lampung dan Sumatera Selatan di sebelah utara mempunyai anak sungai bernama Sungai Buaya, sepanjang 70 km dengan c.a. 347,5 km2.
Hutan-hutan besar di dataran rendah dapat dikatakan sudah habis dimanfaatkan untuk keepentingan pembangunan pertanian, untuk para transmigran yang terus-menerus memasuki daerah ini. Kayu-kayu hasil hutan diekspor ke luar negeri. Hutan-hutan yang masih ada, yang tanahnya dapat dikatakan belum banyak dibuka sebagian besar terletak di sebelah barat, di daerah Bukit Barisan Selatan.
Beberapa kota di daerah provinsi Lampung yang tingginya 50 m lebih dari permukaan laut adalah: Tanjungkarang (96 m), Kedaton (100 m), Metro (53), Gisting (480 m), Negerisakti (100 m), Pringsewu (50 m), Pekalongan (50 m), Batanghari (65 m), Punggur (50 m), Padangratu (56 m), Wonosobo (50 m), Kedondong (80 m), Sidomulyo (75 m), Kasui (200 m), Sri Menanti (320 m), dan Kota Liwa (850 m).

Sumber daya alam

Potensi daerah
Lampung fokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar seperti kelapa sawit, kopi, jagung dan tebu. Dan di beberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang lebih menonjol, bahkan untuk tingkat nasional.

Pariwisata
Tahun 2009 Pemerintah Propinsi Lampung mencanangkan tahun kunjungan wisata. Jenis Wisata yang dapat dikunjungi diLampung adalah Wisata Budaya dibeberapa Kampung Tua diSukau,Liwa,Kembahang,Batu Brak,Kenali,Ranau dan Krui diLampung Barat dan Festival Sekura yang diadakan dalam seminggu setelah Idul Fitri diLampung Barat,Festival Krakatau di Bandar Lampung,Festival Teluk Stabas diLampung Barat,Festival Way Kambas di Lampung Timur.
Wisata Bahari di Krui,Danau Ranau,Kota Agung,Kalianda


Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun Lampung di Propinsi Lampung, selatan palembang dan pantai barat Banten.
Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan bahasa Sunda, bahasa Batak, bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Melayu dan sebagainya.
Aksara Lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.
Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.
Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek. Pertama, subdialek A (api) yang dipakai oleh ulun Melinting-Maringgai, Pesisir Rajabasa, Pesisir Teluk, Pesisir Semaka, Pesisir Krui, Belalau dan Ranau, Komering, dan Kayu Agung (yang beradat Lampung Peminggir/Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, subdialek o (nyo) yang dipakai oleh ulun Abung dan Menggala/Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun).
Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek, yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow.
A. Dialek Belalau (Dialek Api), terbagi menjadi:
Bahasa Lampung Logat Belalau dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomisili di Kabupaten Lampung Barat yaitu Kecamatan Balik Bukit, Batu Brak, Belalau, Suoh, Sukau, Ranau, Sekincau, Gedung Surian, Way Tenong dan Sumber Jaya. Kabupaten Lampung Selatan di Kecamatan Kalianda, Penengahan, Palas, Pedada, Katibung, Way Lima, Padangcermin, Kedondong dan Gedongtataan. Kabupaten Tanggamus di Kecamatan Kotaagung, Semaka, Talangpadang, Pagelaran, Pardasuka, Hulu Semuong, Cukuhbalak dan Pulau Panggung. Kota Bandar Lampung di Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Utara, Panjang, Kemiling dan Raja Basa. Banten di di Cikoneng, Bojong, Salatuhur dan Tegal dalam Kecamatan Anyer, Serang.
Bahasa Lampung Logat Krui dipertuturkan oleh Etnis Lampung di Pesisir Barat Lampung Barat yaitu Kecamatan Pesisir Tengah, Pesisir Utara, Pesisir Selatan, Karya Penggawa, Lemong, Bengkunat dan Ngaras.
Bahasa Lampung Logat Melinting dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Lampung Timur di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kecamatan Jabung, Kecamatan Pugung dan Kecamatan Way Jepara.
Bahasa Lampung Logat Way Kanan dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Way Kanan yakni di Kecamatan Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga dan Pakuan Ratu.
Bahasa Lampung Logat Pubian dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomosili di Kabupaten Lampung Selatan yaitu di Natar, Gedung Tataan dan Tegineneng. Lampung Tengah di Kecamatan Pubian dan Kecamatan Padangratu. Kota Bandar Lampung Kecamatan Kedaton, Sukarame dan Tanjung Karang Barat.
Bahasa Lampung Logat Sungkay dipertuturkan Etnis Lampung yang Berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Sungkay Selatan, Sungkai Utara dan Sungkay Jaya.
Bahasa Lampung Logat Jelema Daya atau Logat Komring dipertuturkan oleh Masyarakat Etnis Lampung yang berada di Muara Dua, Martapura, Komring, Tanjung Raja dan Kayuagung di Propinsi Sumatera Selatan.
B. Dialek Abung (Dialek Nyow), terbagi menjadi:
Bahasa Lampung Logat Abung Dipertuturkan Etnis Lampung yang yang berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Kotabumi, Abung Barat, Abung Timur dan Abung Selatan. Lampung Tengah di Kecamatan Gunung Sugih, Punggur, Terbanggi Besar, Seputih Raman, Seputih Banyak, Seputih Mataram dan Rumbia. Lampung Timur di Kecamatan Sukadana, Metro Kibang, Batanghari, Sekampung dan Way Jepara. Kota Metro di Kecamatan Metro Raya dan Bantul. Kota Bandar Lampung di Gedongmeneng dan Labuhan Ratu.
Bahasa Lampung Logat Menggala Dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Tulang Bawang meliputi Kecamatan Menggala, Tulang Bawang Udik, Tulang Bawang Tengah, Gunung Terang dan Gedung Aji.

Aksara lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Brahmi dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.
Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang Bengkulu, aksara Sunda, dan aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah Kaganga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.
Aksara lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya Had Lampung kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. Huruf atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah sekarang adalah hasil dari penyempurnaan tersebut.

Kabupaten dan Kota
No.
Kabupaten/Kota
Ibu kota
1
Kabupaten Lampung Barat
Liwa
2
Kabupaten Lampung Selatan
Kalianda
3
Kabupaten Lampung Tengah
Gunungsugih
4
Kabupaten Lampung Timur
Sukadana
5
Kabupaten Lampung Utara
Kotabumi
6
Kabupaten Mesuji
?
7
Kabupaten Pesawaran
Gedong Tataan
8
Kabupaten Pringsewu
?
9
Kabupaten Tanggamus
Kotaagung
10
Kabupaten Tulang Bawang
Menggala
11
Kabupaten Tulang Bawang Barat
?
12
Kabupaten Way Kanan
Blambangan Umpu
13
Kota Bandar Lampung
-
14
Kota Metro
-

Daftar gubernur
No.
Nama
Dari
Sampai
Keterangan
1.
Kusno Danupoyo
1964
1966

2.
Zainal Abidin Pagaralam
1966
1973

3.
R. Sutiyoso
1973
1978

4.
Yasir Hadibroto
1978
1988

5.
Kolo Poedjono Pranyoto
1988
1993

6.
Kolo Poedjono Pranyoto
1993
1998

7.
Oemarsono
1998
5 Februari 2003

8.
Tursandi Alwi
5 Februari 2003
2 Juni 2004
Pejabat Gubernur
9.
Sjachroedin Z.P
2 Juni 2004
2 Juli 2008

10.
Syamsurya Ryacudu
2 Juli 2008
sekarang
Pejabat Gubernur

Industri
Sebagai gerbang Sumatera, di Lampung sangat potensial berkembang berbagai jenis industri. Mulai dari industri kecil (kerajinan) hingga industri besar, terutama di bidang agrobisnis. Industri penambakan udang termasuk salah satu tambak yang terbesar didunia setelah adanya penggabungan usaha antara Bratasena, Dipasena dan Wachyuni Mandira. Terdapat juga pabrik gula dengan produksi pertahun mencapai 600.000 ton oleh 2 pabrik yaitu Gunung Madu Plantation dan Sugar group. di tahun 2007 kembali diresmikan pembangunan 1 pabrik gula lagi dibawah PT Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI) yang diproyeksikan akan mulai produksi pada tahun 2008. Industri agribisnis lainnya : Ketela (ubi), Kelapa Sawit, coklat, kokoa, Nata de coco dll

Tapis Lampung
Kain Tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistim sulam (Lampung; "Cucuk"). Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak. Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Sejarah Kain Tapis Lampung
Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat. Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang lampung telah menenun kain Brokat yang disebut Nampan (Tampan) dan kain Pelepai sejak abad II masehi. Motif kain ini ialah kait dan konci (Key and Rhomboid shape), pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh. Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolithikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia. Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis ini. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan. Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim. Dunia kemaritiman atau disebut dengan jaman bahari sudah mulai berkembang sejak jaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500 1700.
Bermula dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman pencipta jelas mempengaruhi hasil ciptaan yang mengambil ide-ide pada kehidupan sehari-hari yang berlangsung disekitar lingkungan seniman dimana ia tinggal. Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alam lingkungan laut telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal yang digunakan. Dalam perkembangannya, ternyata tidak semua suku Lampung menggunakan Tapis sebagai sarana perlengkapan hidup. Diketahui suku Lampung yang umum memproduksi dan mengembangkan tenun Tapis adalah suku Lampung yang beradat Pepadun.
Bahan dan Peralatan Tenun Tapis Lampung
Bahan Dasar Tapis Lampung : Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistim sulam. Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya menggunakan sistim ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal sejak lama.
Bahan-bahan baku itu antara lain : • Khambak/kapas digunakan untuk membuat benang. • Kepompong ulat sutera untuk membuat benang sutera. • Pantis/lilin sarang lebah untuk meregangkan benang. • Akar serai wangi untuk pengawet benang. • Daun sirih untuk membuat warna kain tidak luntur. • Buah pinang muda, daun pacar, kulit kayu kejal untuk pewarna merah. • Kulit kayu salam, kulit kayu rambutan untuk pewarna hitam. • Kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian untuk pewarna coklat. • Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru. • Kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.
Pada saat ini bahan-bahan tersebut diatas sudah jarang digunakan lagi, oleh karena pengganti bahan-bahan diatas tersebut sudah banyak diperdagangkan di pasaran.
Peralatan Tenun kain Tapis : Proses pembuatan tenun kain tapis menggunakn peralatan-peralatan sebagai berikut : • Sesang yaitu alat untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat tenun. • Mattakh yaitu alat untuk menenun kain tapis yang terdiri dari bagian
Alat-alat : • Terikan (alat menggulung benang) • Cacap (alat untuk meletakkan alat-alat mettakh) • Belida (alat untuk merapatkan benang) • Kusuran (alat untuk menyusun benang dan memisahkan benang) • Apik (alat untuk menahan rentangan benang dan menggulung hasil tenunan) • Guyun (alat untuk mengatur benang) • Ijan atau Peneken (tunjangan kaki penenun) • Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu benang yang dimasukkan melintang) • Terupong/Teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan) • Amben (alat penahan punggung penenun) • Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam benang emas.

Musik
Sebagaimana sebuah daerah, Lampung memiliki beraneka ragam jenis musik, mulai dari jenis tradisional hingga modern (musik modern yang mengadopsi kebudayaan musik global.red). Adapun jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah: Klasik Lampung, jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri. Beberapa kegiatan festival diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan budaya musik tradisional tanpa harus khawatir akan kehilangan jati diri. Festival Krakatau contohnya, adalah sebuah Festival yang diadakan oleh Pemda Lampung yang bertujuan untuk mengenalkan Lampung kepada dunia luar dan sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata.

Tari
Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu jenis tarian yang terkenal adalah Tari Sembah. Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan yang datang, mungkin bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung

Sejarah
Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten.
Putra mahkota Banten, Sultan Haji, menyerahkan beberapa wilayah kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa kepada Belanda. Di dalamnya termasuk Lampung sebagai hadiah bagi Belanda karena membantu melawan Sultan Ageng Tirtayasa.
Permintaan itu termuat dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat bertanggal 12 Maret 1682 itu isinya, Saya minta tolong, nanti daerah Tirtayasa dan negeri-negeri yang menghasilkan lada seperti Lampung dan tanah-tanah lainnya sebagaimana diinginkan Mayor/ Kapten Moor, akan segera serahkan kepada kompeni.
Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung.
Akan tetapi, upaya menguasai pasar lada hitam Lampung kurang memperoleh sambutan baik. Pada 21 November 1682 VOC kembali ke pulau Jawa hanya membawa 744.188 ton lada hitam seharga 62.292,312 gulden.
Dari angka itu dapat disimpulkan bahwa Lampung kala itu dikenal sebagai penghasil lada hitam utama. Lada hitam pula yang mengilhami berbagai negara Eropa ambil bagian dalam konstelasi politik Nusantara kala itu. Penguasaan sumber rempah-rempah dunia berarti menguasai perdagangan dunia-dan tentu saja wilayah.
Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika Lampung diresmikan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi salah satu bagian lambang daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan tersebut telah pudar.



Tanggal penting
18 Maret 1964 (hari jadi)
Ibu kota
Bandar Lampung
Gubernur
Sjachroedin ZP
Luas
35.376 km2
Penduduk
7.348.623 (2007)
Kepadatan
208
Kabupaten
9
Kodya/Kota
2
Kecamatan
162
Kelurahan/Desa
2.072
Suku
Suku Lampung (25%), Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Bali
Agama
Islam (92%), Protestan (1,8%), Katolik (1,8%), Buddha (1,7%), Lain-lain (2,7%)
Bahasa
Bahasa Lampung, Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Bali
Zona waktu
WIB
Lagu Daerah
Sang Bumi Ruwa Jurai dan Pang Li Pandang
Singkatan
{{{singkatan}}}


Jak ujung Danau Ranau
Teliu di Way Kanan
Sampai pantai lawok jaoh
Pesisir rik Pepadun
Jadi sai delom lambang
Lampung sai kaya-raya
Kik ram aga burasan
Hujau ni pemandangan
Kupi lada di pematang
Api lagi cengkeh ni
Telambun beruntaian
Tanda ni kemakmuran
Lampung sai...Sang bumi ruwa jurai 2x
Cangget bara bulaku
Sembah jama saibatin
Sina gawi adat sikam
Manjau rik sebambangan
Tari ragot rik melinting
Ciri ni ulun Lampung
Lampung sai...Sang bumi ruwa jurai 2x
Lagu: Sang Bumi Ruwa JuraiCipt. Syaiful Anwar

Selasa, 24 Maret 2009

Rekam Jejak

Sebelum 9 April

sejuta mulut berjanji sampai berbusa

"perjuangkan sembako murah
ciptakan jutaan lapangan kerja
tingkatkan kesejahteraan rakyat"

seolah-olah sangat paham keadaan masyarakat

di mana rakyat jelata menjadi komoditas utamanya
menjadi bintang iklan dadakan berdurasi panjang

lalu,,
akankah menang?
sudah banyak uang
pemikiran dan keringat di keluarkan
untuk menuju tempat terhormat

9 April

tinta merah menjawab

Setelah 9 April

perhelatan penting yang menelan biaya besar
menjadi "demokrasi seolah-olah"

para tengkulak tetap sehat walafiat
mafia pupuk tetap nyaman mengoplos dan menilap pupuk bersubsidi
pungli tetap licin
kekayaan budaya dan kreatifitas tunas bangsa
di patenkan negara lain

kok bisa?


oleh lakhsmi di melati fm

Jumat, 13 Maret 2009

Tahapan Yakin

Tahapan Yakin 
( KH Abdullah Gymnastiar ) 

Cahaya yang tersimpan di dalam hati, datang dari cahaya yang langsung dari khazanah-khazanah kegaiban. Cahaya yang memancar dari panca inderamu berasal dari ciptaan Allah. Dan cahaya yang memancar dari hatimu berasal dari sifat-sifat Allah." (Ibnu Atha'illah)

Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Seorang hamba yang yakin akan pertolongan Allah, maka dengan sangat meyakinkan Allah pasti akan menolongnya. Seorang hamba yang yakin doanya akan dikabulkan, maka Allah akan mengabulkan doa-doa tersebut lebih dari yang kita minta. 

Dari sini kita layak merenung, mengapa kita banyak kecewa dan tidak puas dalam hidup? Boleh jadi kita lebih yakin akan kemampuan diri serta pertolongan makhluk, daripada pertolongan Allah. Sungguh manusia itu sangat lemah. Ia sama sekali tidak kuasa mengatur dirinya sendiri, tidak tahu apa akan terjadi esok, serta berjuta kelemahan lainnya. Sungguh naif jika kita terlalu mengandalkan diri yang serba terbatas dengan melupakan Allah Yang Maha Segala-galanya. Maka, keyakinan yang bulat kepada-Nya menjadi jaminan kebahagiaan hidup kita. 

Setidaknya ada tiga tahap yang harus kita tempuh usaha meningkatkan kualitas keyakinan. Pertama,'ilmul yaqin. Yaitu meyakini segala sesuatu berdasarkan ilmu atau pengetahuan. Misal, di Mekah ada Kabah. Kita percaya karena teorinya bicara seperti itu. 

Di sinilah pentingnya belajar dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Sebab, semakin luas pengetahuan kita tentang sesuatu, khususnya tentang Dzat Allah Azza wa Jalla, seakan kita memiliki bekal untuk berjalan mendekat kepada-Nya.

Kedua, 'ainul yaqin. Yaitu keyakinan yang timbul karena kita telah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Orang yang telah menunaikan ibadah haji sangat yakin bahwa Kabah itu memang ada di Mekah karena ia telah melihatnya. Keyakinan karena melihat, akan lebih kuat dibandingkan keyakinan karena ilmu.

Ketiga adalah haqqul yaqin. Orang yang telah haqqul yakin akan memiliki keyakinan yang dalam dan terbukti kebenarannya. Orang yang telah merasakan nikmatnya thawaf, berdoa di Multazam, merasakan ijabahnya doa, keyakinan akan jauh lebih mendalam. Inilah tingkat keyakinan tertinggi yang akan sulit diruntuhkan dan dicabut dari hati orang yang memilikinya. Cara meningkatkan kualitas keyakinan diri, sejatinya harus melalui proses dan tahapan-tahapan, mulai dari 'ilmul yaqin, 'ainul yaqin, hinggahaqqul yakin.

Saudaraku, sesungguhnya semua yang ada adalah milik Allah. Sungguh rugi orang-orang yang hatinya bergantung kepada selain Allah. Yakinlah, bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Mengatur segalanya. Sungguh sayang jika kita mengatakan bahwa Allah Mahakaya, namun kita takut tidak mendapatkan rezeki. Kita tahu bahwa Allah Maha Menentukan segala sesuatu, Dia menciptakan manusia berpasang-pasangan, namun kita sering risau tidak mendapatkan pasangan hidup. Bila demikian, kita masih berada dalam tingkat 'ainul yaqin dan belum sampai ke tingkat haqqul yaqin.

Mengapa ada orang yang keluar (murtad) dari Islam? Sebabnya, keyakinan yang dimilikinya baru sebatas 'ilmul yaqin; sebatas tahu bahwa Islam itu baik, namun ia belum merasakan bagaimana indahnya Islam. Saudaraku, keyakinan yang hanya sebatas ilmu belum cukup membuat kita istikamah. Keyakinan kita harus benar-benar meresap ke dalam sanubari.

Cahaya keyakinan yang tersimpan di dalam hati ternyata datang dari khazanah kegaiban Allah Azza wa Jalla. Alam semesta ini terang benderang karena cahaya dari benda-benda langit yang diciptakan-Nya. Sedangkan cahaya yang menerangi hati manusia berasal dari cahaya Ilahi. 

Ibnu Atha'illah mengungkapkan, "Cahaya yang tersimpan di dalam hati, datang dari cahaya yang langsung dari khazanah-khazanah kegaiban. Cahaya yang memancar dari panca inderamu berasal dari ciptaan Allah. Dan cahaya yang memancar dari hatimu berasal dari sifat-sifat Allah." 

Dengan demikian, keterbukaan hati dalam menerima cahaya inilah yang harus selalu kita jaga. Bagaimana agar hati kita terbuka? Berusahalah untuk meneliti dan mengenali aneka hikmah di balik setiap kejadian. Jangan hanya melihat setiap kejadian dengan mata lahir saja, tapi gunakan mata hati kita. Namun, mata hati hanya akan berfungsi jika ia bersih dari noda dosa dan maksiat. Hati yang kotor sangat sulit menangkap sinyal-sinyal Ilahi. Mirip kaca. Ia tidak bisa memantulkan cahaya, tidak bisa merefleksikan sebuah objek jika penuh karatan. Syaratnya, ia harus bersih. Hati akan bersih jika kita merawatnya. Wallaahu a'lam.

Tabloid Dialog Jumat Republika. 

Rabu, 11 Maret 2009

Memelihara Kedamaian Hati

Salah satu tanda kepribadian seorang muslim itu adalah berZIKIR.... Kita dianjurkan berdzikir setiap saat, dari bangun hingga tidur kembali. Secara harfiah, arti dzikir adalah mengingat Allah dengan menyebut nama-nama-Nya.

Insya Allah, dengan membiasakan lidah untuk mengucap kalimat-kalimat thayyibah, akan semakin mempertinggi ma'rifat kita kepada Allah swt. Dengan dekat kepada Allah, hati jadi tenang. Berikut ini adalah tujuh kalimat thayyibah yang harus menjadi penghias bibir umat setiap waktu.



1. Bismillahirrahmanirrahim
Diucapkan setiap kita mengawali segala perbuatan. InsyaAllah, jika lidah kita terbiasa, perbuatan ini sudah menjadi refleks kita, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menjaga diri dari perbuatan buruk. Karena senantiasa kita diingatkan bahwa ada Allah yang melihat perbuatan kita.

Kalimat ini sekaligus mengingatkan kita, bahwa segala sesuatu adalah milik Allah, termasuk diri kita yang hina ini. Juga setiap perbuatan kita, hendaknya semua berada di garis yang ditetapkan Allah. Dalam sebuah hadis Rasulullah menyatakan, "Bahwa setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan kalimat basmalah, maka perbuatan itu tak berkah."

2. Alhamdulillah
Inti dari ucapan dzikir ini adalah ungkapan rasa syukur atas kurnia dan rahmat Allah swt. Sesungguhnyalah, pancaran perasaan syukur adalah energi kehidupan yang sangat besar bagi manusia. Mereka yang paling banyak bisa bersyukur, bererti telah memiliki yang terbanyak dibanding orang lain. Mengenai hal ini difirmankan dalam QS. Ibrahim ayat 7, bahwa Allah akan menambah rahmat nikmat-Nya kepada mereka yang mampu bersyukur.

Dengan mengucap kalimat ini setiap selesai melakukan satu pekerjaan, manusia seakan menguatkan keyakinannya bahwa tak akan pernah terjadi sesuatupun tanpa campur tangan Allah. Jika sesuatu itu baik, dirasakan sebagai pertolongan Allah. Jika sesuatu itu kurang baik, tetap disyukuri dengan berkeyakinan bahwa itupun sudah lebih baik dari pada tidak sama sekali.

Dan manakala seseorang telah terbiasa mengucap syukur untuk hal-hal yang kecil, maka ketika Allah menganugerahkan nikmat yang sedikit lebih besar, maka kenikmatan yang dirasakan orang tersebut akan berlipat ganda.

3. Astaghfirullah
Difirmankan dalam QS. Ali Imran 135, "Orang-orang yang berbuat kekejian atau menzalimi dirinya lalu ingat kepada Allah, maka minta ampunlah untuk mereka atas dosa-dosa yang dilakukan."

Sungguh Maha Suci Allah Yang Maha Sempurna. Setelah Ia ciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang secara sunnatullah bisa berbuat khilaf, sekaligus Ia berikan 'ubat' bagi kekhilafan tersebut. Bagi mereka yang pandai meminum ubat ini, maka mereka tak akan terserang penyakit hati yang lebih serius. Allah Maha Pengampun, terutama bagi siapapun yang segera bertobat begitu sadar telah berbuat khilaf.

Ummat Islam harus membasahkan bibir mereka dengan istighfar ini, sehingga noda-noda dosa yang sempat menempel sedikit demi sedikit setiap hari tidak segera menumpuk menjadi noktah hitam yang tebal. Semakin lama noda-noda ini tertumpuk, akan menjadi semakin sulit untuk menghilangkannya. Maka benarlah bahwa kebanyakan kesalahan besar berawal dari kekeliruan-kekeliruan kecil yang tidak dibenari.

Sayangnya, seringkali manusia terlambat menyadari kekhilafannya itu. Untuk menghindari keterlambatan taubat, maka dianjurkan untuk istiqamah mengucapkan zikir ini setiap hari, terutama setelah shalat, walau dirasakan tak ada kesalahan yang diperbuat. Rasulullah saw sendiri, yang sudah dijamin ma'shum, (terjaga dari dosa), dalam sehari mengucap istighfar setidaknya 100 kali.

4. Insya Allah
Diucapkan ketika seseorang berniat hendak melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Zikir ini akan mengingatkan kita, bahwa kehendak Allah adalah di atas segalanya. Tak seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi detik setelah ini. Itu sebabnya, tak akan pernah ada janji yang diikat 100 % antar manusia, kecuali dengan menambahkan kalimat, Insya Allah (QS. Al Kahfi, 23-24).

Sayangnya, banyak orang mempergunakan kalimat ini secara keliru, hingga berkembang anggapan bahwa kalimat mulia ini diucapkan sebagai kelonggaran untuk tidak menepati janji. Perbuatan umum ini banyak menggejala dalam sebagian masyarakat, sehingga membuat banyak orang memandang negatif kalimat ini.

Adalah tanggung jawab kita bersama, kaum muslim, untuk meluruskan pandangan ini. Dimulai dengan diri kita sendiri. Mari kita buktikan bahwa ucapan Insya Allah bukan berarti niat untuk melanggar. Akan tetapi sebagai ikatan janji yang sudah pasti akan ditepati secara logika manusia, disertai kepasrahan terhadap kehendak Allah yang sewaktu-waktu bisa membuyarkan rencana.

5. Laa Haula walaa quwwata illaa billaah
Zikir yang merupakan pengakuan terhadap kefanaan manusia dan ke-Maha Kuasanya Allah ini diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan (ber'azam). Kalimat thayibah ini adalah pancaran dari sikap tawakal seseorang. Setelah berupaya nyata mempertimbangkan, maka ketika keputusan diambil, dilanjutkan dengan tawakal kepada Allah, yang dinyatakan dalam sikap menerima resiko apapun yang terjadi nantinya akibat diputuskannya keputusan tadi. (Qs Ali >Imran : 159).

6. Laa Ilaaha Illallah
Banyak hadis nabi Muhammad yang menyebutkan keutamaan kalimat thayibah ini. Bahkan disebutkan pula sebagai kunci pintu syurga. Dalam prakteknya, masih banyak muslim yang terus menerus melafalkan kalimat ini dalam setiap kesempatan, sayangnya, masih hanya sekedar refleks bibir saja.

Padahal, andai seseorang mengucapkan dzikir ini sendiri mengupas hikmahnya, sungguh nikmat dan manfaatnya akan diperoleh tiada habis-habisnya. Karena penjabaran arti dari kalimat ini begitu luasnya. Dan manfaatnya pun bisa dirasakan di setiap waktu dan dalam kondisi apapun. Intinya satu; mengingat kebesaran Allah SWT.

7. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun

Sungguh benar bahwa manusia adalah milik Allah, dan setiap inci pergerakan tubuhnya beradadalam genggaman Nya. Namun kenyataan bahwa segala sesuatu itu pasti kembali kepada pemiliknya, Allah SWT, tak jarang sulit untuk bisa diterima manusia. Zikir yang diucapkan di saat menghadapi musibah ini akan membantu kita untuk mengingat akan hal ini.

Insya Allah, dengan membiasakan meresapi hikmah kalimat ini, kita menjadi lapang dada dalam menghadapi setiap peristiwa, seburuk apapun, yang sudah menjadi takdir kita.

Semakin dalam seseorang menghayati hikmah zikir ini, semakin ringan dia menghadapi kehidupan yang berat ini, tanpa harus mengh

Senin, 09 Maret 2009

Hikmah Maulid Nabi Sebagai Teladan Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan

Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW bukan sekedar mengikuti tradisi masyarakat semata, namun yang lebih utama adalah upaya kita dalam menghayati dan memetik hikmah peristiwa Maulid Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan

Maulid Nabi Muhammad SAW yang dikenal sebagai kelahiran Rasulullah merupakan suatu peristiwa bersejarah yang memberikan pencerahan bagi kehidupan umat manusia. Argumen dari peristiwa ini adalah memperingati hari kelahiran Rasulullah berarti juga mengagungkan risalah yang dibawanya.

dengan mendalami dan merenungkan kembali riwayat kelahiran maupun kehidupan Nabi Muhammad SAW, diharapkan kita semua mampu mencontoh keteladanan yang telah beliau tunjukkan
baik sebelum diangkat menjadi Rasul yaitu lambang kejujuran, ketabahan dan kepercayaan, maupun sesudah masa Kerasullan beliau yang penuh dengan perjuangan dan pengorbanan demi tegaknya kebenaran, keadilan serta mewujudkan kehidupan yang disinari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

keimanan dan ketaqwaan seseorang terkadang bisa naik dan bisa turun, sehingga keimanan dan ketaqwaan seseorang diistilahkan mempunyai kadar dan derajatnya. Apabila keimanan dan ketaqwaan seseorang sedang turun, maka mudah sekali terpengaruh dan terprovokasi hal-hal yang kurang baik, sehingga keimanan dan ketaqwaan perlu terus dijaga dan ditingkatkan.

iman dan taqwa menjadi hal penting yang ditanamkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam Al - quran juga disebutkan bahwa apabila penduduk dari sebuah negeri mereka beriman dan bertaqwa maka akan dibukakan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi.

Kamis, 26 Februari 2009

isi pulsa dapet beasiswa


Press Release

ISI PULSA DAPAT BEASISWA
(khusus untuk IM3 Community Lampung)

Bandarlampung, 17 Februari 2009 – Kembali Indosat Regional Sumbagsel memberikan keuntungan bagi para pengguna setia IM3 yang tergabung dalam IM3 community. Saat ini IM3 Community di Provinsi Lampung yang berjumlah lebih dari 6.000 orang akan berkesempatan mendapatkan Beasiswa dari Indosat.

IM3 Community Lampung tersebar di seluruh SMA dan lembaga pendidikan di Provinsi Lampung. Beasiswa total senilai Rp. 24.000.000 di canangkan oleh Indosat Regional Sumbagsel dan akan diberikan hanya untuk IM3 Community Lampung, itu berarti kesempatan untuk mendapatkan beasiswa sangatlah besar. IM3 Community Lampung dapat menikmati beasiswa ini dengan cara yang sangat mudah. Mereka cukup mengisi pulsa minimal Rp. 10.000 kemudian ketik: BEASISWA nama sekolah mereka dan kirim ke 7773. Semakin banyak mereka isi pulsa maka akan semakin besar kesempatan mendapatkan beasiswa dari Indosat. “Pengiriman sms dapat dilakukan mulai 16 Februari s/d 16 Maret 2009, untuk pengguna IM3 Lampung yang sudah bergabung dengan IM3 Community buruan isi pulsa dan sms, mudah-mudahan rejeki berpihak pada kalian untuk mendapatkan beasiswa dari Indosat”, ujar Samyo Sumarmono, Head Of Indosat Lampung Branch.

“Tepat pada 17 Maret 2009 pihak Indosat akan mengundi 20 penerima beasiswa. Ke-20 IM3 Community akan dihubungi pihak Indosat Lampung melalaui nomor IM3 yang mereka gunakan, oleh karena itu nomor IM3 haruslah tetap aktif agar dapat dengan mudah dihubungi oleh pihak kami”, imbuh Samyo. Tidak hanya menerima beasiswa, tapi ke-20 IM3 Community akan di ajak Fun Outbound guna mengenal lebih dekat IM3 Community dari SMA lain.

Sementara yang belum mendaftarkan diri sebagai IM3 community pengguna IM3 Lampung dapat ketik IC nama kelas nama sekolah> dan kirim ke 7773 atau bisa langsung mendaftar ke Gallery Indosat Lampung, Jl. WR. Mongonsidi No. 47 B. Lampung, atau secara kolektif dapat mendaftar ke crew IM3 Community yang ada di sekolah mereka.

Dengan terdaftarnya sebagai IM3 Community maka para peserta sudah dapat merasakan banyak sekali keuntungan, antara lain ; kesempatan mendapatkan beasiswa, kesempatan mendapatkan pulsa gratis, gratis ganti kartu Indosat, diskon khusus di marchant lokal maupun nasional, dll. Dalam jangka waktu tertentu Indosat selalu menambah benefit/ keuntungan bagi anggota IM3 maupun Indosat community. Informasinya selalu di lakukan melalui media promosi, media massa dan secara langsung Indosat selalu mengirimkan pesan melalui SMS broadcast pada seluruh anggota Indosat community.

”Seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggan Indosat, kami terus membetuk community baru dan merancang kentungan-keuntungan yang dapat dinikmati para Indosat community,” ujar Samyo Sumarmono, Head Of Indosat Lampung Branch.

Minggu, 22 Februari 2009

social behaviour


terinspirasi dari seseorang pada saat kunjungan di waikanan

social behavior
is behavior directed towards society, or taking place between, members of the same species. Behavior such as predation which involves members of different species is not social. While many social behaviors are communication (provoke a response, or change in behavior, without acting directly on the receiver) communication between members of different species is not social behavior.

In sociology, "behavior" itself means an animal-like activity devoid of social meaning or social context, in contrast to "social behavior" which has both. In a sociological hierarchy, social behavior is followed by social action, which is directed at other people and is designed to induce a response. Further along this ascending scale are social interaction and social relation. In conclusion, social behavior is a process of communicating.

sisilain kebahagiaan



Inilah sisilain kebahagiaan
terkadang kehidupan yang indah dan bahagia ini penuh dengan liku-liku.
terkadang kita enggan untuk membuka mata bahwa di sekeliling kita banyak sekali orang-orang yang jauh lebih membutuhkan dari apa yang kita peroleh hari ini.
Namun kita semua tidak pernah mau membuka mata,dan hati nurani hanya menumpuk-numpuk harta yang dalam sekejap saja bisa hilang begitu juga dengan nyawa kita, bisa melayang dan berpulang kapanpun sang khalik mau.
sejenak kita berfikir dan temukan solusinya
apa yang anda temukan?
realisasikan dengan perbuatan!

Sabtu, 14 Februari 2009

Hari Valentine (Valentine's Day)

Hari Valentine (bahasa Inggris: Valentine's Day), pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia Barat. Asal-muasalnya yang gelap sebagai sebuah hari raya Katolik Roma didiskusikan di artikel Santo Valentinus. Beberapa pembaca mungkin ingin membaca entri Valentinius pula. Hari raya ini tidak mungkin diasosiasikan dengan cinta yang romantis sebelum akhir Abad Pertengahan ketika konsep-konsep macam ini diciptakan.
Hari raya ini sekarang terutama diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk "valentines". Simbol modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: cupid) bersayap. Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu milyar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para wanitalah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Di Amerika Serikat mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu diperluas dan termasuk pula pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar dan cokelat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan.
Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah relasi serius. Sebenarnya valentine itu Merupakan hari Percintaan, bukan hanya kepada Pacar ataupun kekasih, Valentine merupakan hari terbesar dalam soal Percintaan dan bukan berarti selain valentine tidak merasakan cinta.

Di Amerika Serikat hari raya ini lalu diasosiasikan dengan ucapan umum cinta platonik "Happy Valentine's", yang bisa diucapkan oleh pria kepada teman wanita mereka, ataupun, teman pria kepada teman prianya dan teman wanita kepada teman wanitanya. (bahasa Inggris: Valentine's Day), pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia Barat. Asal-muasalnya yang gelap sebagai sebuah hari raya Katolik Roma didiskusikan di artikel Santo Valentinus. Beberapa pembaca mungkin ingin membaca entri Valentinius pula. Hari raya ini tidak mungkin diasosiasikan dengan cinta yang romantis sebelum akhir Abad Pertengahan ketika konsep-konsep macam ini diciptakan.
Hari raya ini sekarang terutama diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk "valentines". Simbol modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: cupid) bersayap. Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu milyar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para wanitalah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Di Amerika Serikat mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu diperluas dan termasuk pula pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar dan cokelat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan.
Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah relasi serius. Sebenarnya valentine itu Merupakan hari Percintaan, bukan hanya kepada Pacar ataupun kekasih, Valentine merupakan hari terbesar dalam soal Percintaan dan bukan berarti selain valentine tidak merasakan cinta.
Di Amerika Serikat hari raya ini lalu diasosiasikan dengan ucapan umum cinta platonik "Happy Valentine's", yang bisa diucapkan oleh pria kepada teman wanita mereka, ataupun, teman pria kepada teman prianya dan teman wanita kepada teman wanitanya.


Perayaan Kesuburan bulan Februari
Asosiasi pertengahan bulan Februari dengan cinta dan kesuburan sudah ada sejak dahulukala. Menurut tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.


Hari Raya Gereja
Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda:
seorang pastur di Roma
seorang uskup Interamna (modern Terni)
seorang martir di provinsi Romawi Africa.
Koneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gerejaWhitefriarStreetCarmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.

Valentinius
Guru ilmu gnostisisme yang berpengaruh Valentinius, adalah seorang calon uskup Roma pada tahun 143. Dalam ajarannya, tempat tidur pelaminan memiliki tempat yang utama dalam versi Cinta Kasih Kristianinya. Penekanannya ini jauh berbeda dengan konsep... dalam agama Kristen yang umum. Stephan A. Hoeller, seorang pakar, menyatakan pendapatnya tentang Valentinius mengenai hal ini: "Selain sakramen permandian, penguatan, ekaristi, imamat dan perminyakan, aliran gnosis Valentinius juga secara prominen menekankan dua sakramen agung dan misterius yang dipanggil "penebusan dosa" (apolytrosis) dan "tempat pelaminan"...


Era abad pertengahan
Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 February adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sang sastrawan Inggris Pertengahan ternama Geoffrey Chaucer pada abad ke-14. Ia menulis di cerita Parlement of Foules (“Percakapan Burung-Burung”) bahwa
For this was sent on Seynt Valentyne's day (“Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus”)
When every foul cometh there to choose his mate (“Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya”)
Pada jaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari ini dan memanggil pasanagan mereka "Valentine" mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari koleksi pernaskahan British Library di London. Kemungkinan besar banyak legenda-legenda mengenai santo Valentinus diciptakan pada jaman ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa:
Sore hari sebelum santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati syuhada), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu".
Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka.
Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan keguguran sebagai martir.


Hari Valentine pada era modern
Hari Valentine kemungkinan diimpor oleh Amerika Utara dari Britania Raya, negara yang mengkolonisasi daerah tersebut. Di Amerika Serikat kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar dan ia mendapat ilham untuk memproduksi kartu dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. (Semenjak tahun 2001, The Greeting Card Association setiap tahun mengeluarkan penghargaan "Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary".)

Tradisi Hari Valentine di negara-negara non-Barat

Di Jepang, Hari Valentine sudah muncul berkat marketing besar-besaran, sebagai hari di mana para wanita memberi para pria yang mereka senangi permen cokelat. Namun hal ini tidaklah dilakukan secara sukarela melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi cokelat kepada para teman kerja pria mereka, kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko, dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Lalu berkat usaha marketing lebih lanjut, sebuah hari balasan, disebut “Hari Putih”(White Day) muncul. Pada hari ini (14 Maret), pria yang sudah mendapat cokelat pada hari Valentine diharapkan memberi sesuatu kembali.
Di Taiwan, sebagai tambahan dari Hari Valentine dan Hari Putih, masih ada satu hari raya lainnya yang mirip dengan kedua hari raya ini ditilik dari fungsinya. Namanya adalah "Hari Raya Anak Perempuan" (Qi Xi). Hari ini diadakan pada hari ke-7, bulan ke-7 menurut tarikh kalender kamariyah Tionghoa.
Di Indonesia, budaya bertukaran surat ucapan antar kekasih juga mulai muncul. Budaya ini cenderung menjadi budaya populer dan konsumtif karena perayaan valentine lebih banyak ditujukan sebagai ajakan pembelian barang-barang yang terkait dengan valentine seperti kotak coklat, perhiasan dan boneka. Pertokoan dan media (stasiun TV, radio, dan majalah remaja) terutama di kota-kota besar di Indonesia marak mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan valentine.

Selasa, 10 Februari 2009

keteguhan hati

sejarah pers indonesia

Banyak peristiwa masih akan terjadi dan bisa dicatat, atau terlupakan, dalamperkembangan Pers Indonesia. Pergulatan menuju pers bebas--danberetika--sedang berkecamuk. Jatuhnya Soeharto, Mei 1998, segera memberiruang terbuka bagi sesak nafas yang diderita Pers Indonesia hampir selamatiga dasawarsa. Sesaat kemudian, serbuan demam kebebasan mewabah.Suara-suara cemas terhadap anarkhi--dipicu oleh pers yang takterkontrol--demikian kata sejumlah kalangan—ramai disuarakan. Tuntutandikembalikannya “era normal” muncul dari sejumlah wakil rakyat, pejabatpemerintah dan segolongan masyarakat: Pers Indonesia sudah kebablasan[1],kontrol dan tindakan tegas harus kembali diterapkan.

Namun, yang tersisa dari jatuhnya kekuasaan tiran adalah kevakuman otoritas.Gagasan mengontrol kebebasan (pers) yang baru didapat, tidak mendapattempat. Justru Departemen Penerangan[2], lembaga kontrol yang dua dasawarsalebih menjadi hantu pencabut nyawa bagi pers, dibredel oleh PresidenAbdurrahman Wahid, pada Oktober 1999. Presiden Wahid yang baru terpilih itumenegaskan, informasi adalah urusan masyarakat, bukan lagi menjadi urusanpemerintah. Pembubaran Departemen Penerangan menandai hilangnya kontrolnegara, selanjutnya siapa mengontrol pers? Masyarakat, tentunya. Itusebabnya dua tahun terakhir ini (kelompok tertentu) masyarakat aktif“mengontrol” pers, dengan menduduki kantor redaksi, mengintimidasi wartawandan memaksakan agar versi mereka dimuat di pers. Babak baru perkembanganpers Indonesia sedang berlangsung, belum ketahuan ke mana arahnya

Yang sudah diketahui, catatan sejarah pers di Indonesia tidak lain adalahrekaman tekanan, intimidasi dan pemberangusan. Pers Indonesia terperangkapdalam ranjau-ranjau peraturan dan sensor yang dipasang pemerintah.Pengalaman di Indonesia, kebebasan itu seakan-akan merupakan berkah atauhadiah dari penguasa baru—yang muncul menggantikan penguasa otoritersebelumnya. Periode kebebasan pers pernah dinikmati media di Indonesia padatahun 1945-1949, ketika merdeka dari penguasa kolonial Belanda dan Jepang;kemudian tahun 1966-1972, setelah tumbangnya Soekarno, dan paska tumbangnya Soeharto.

Jatuhnya Soeharto ternyata tidak dengan sendirinya mengakhiri berbagaipersoalan. Periode transisi, di era Presiden Habibie berlanjut ke PresidenAbdurrahman Wahid, suasana keterbukaan justru memunculkan berbagai persoalanbaru yang lebih kompleks, tidak sekadar hitam-putih.Rezim Habibie, tidak punya pilihan lain, selain harus melakukan liberalisasidan itu pun bukan tanpa ancaman. Era Abdurrahman Wahid memperlihatkankesungguhan untuk mengadopsi kebebasan pers, namun masih harus ditunggusejauh mana keseriusan rezim Gus Dur-Megawati menegakkan kebebasan pers,mengingat basis pendukung dua pemimpin ini (Banser NU dan Satgas PDIPerjuangan) kini terbukti cenderung merongrong kebebasan pers melaluiaksi-aksi intimidasi terhadap pers.Ancaman terhadap kebebasan pers yang semula datang dari pemerintah melaluiberbagai aturan represif, beralih wujud melalui tekanan massa serta ancamaninternal: tumbuhnya penerbitan pers yang sensational dan tidak mengindahkanetika.

Negara Koloni: Represi Silih BergantiAwal mula tradisi represi terhadap Pers Indonesia adalah warisanpemerintahankolonial. Peraturan pertama mengenai pers di jaman Negara Hindia Belandadituangkan pada 1856, dalam Reglement op de Drukwerken inNederlandsch-Indie, yang bersifat pengawasan preventif.

Aturan ini pada 1906 diperbaiki menjadi bersifat represif, yang menuntutsetiap penerbit mengirim karya cetak ke pemerintah sebelum dicetak. Duapuluh lima tahun kemudian, pada 1931, pemerintah kolonial melahirkanPersbreidel Ordonnantie. Aturan ini memberikan hak kepada Gubernur Jenderaluntuk melarang penerbitan yang dinilai bisa “mengganggu ketertiban umum”[3]Selain itu pemerintah kolonial Belanda juga memiliki pasal-pasal terkenal,Haatzaai Artikelen, yang mengancam hukuman terhadap siapapun yangmenyebarkan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadappemerintah Nederland atau Hindia Belanda—berlaku sejak 1918.

Selanjutnya, pada jaman pendudukan Jepang., untuk wilayah Jawa dan Maduraditerapkan Undang-undang No.16 yang memberlakukan sistem lisensi dan sensorpreventif. Setiap penerbitan cetak harus memiliki ijin terbit serta melarangpenerbitan yang dinilai memusuhi Jepang. Aturan itu masih diperkuat lagidengan menempatkan shidooin (penasehat) dalam staf redaksi setiap suratkabar. Tugas “penasehat” ini sesungguhnya adalah mengontrol dan menyensor,bahkan adakalanya menulis artikel-artikel dengan memakai nama para anggotaredaksi.

Sejumlah aturan yang diterapkan pada era penjajahan itu ternyata tetapdipeliharaoleh pemerintahan Republik Indonesia, setelah memproklamasikan kemerdekaan.Misalnya ketentuan yang tertuang dalam Persbreidel Ordonnantie[5], terusdipakai dan secara formal baru diganti pada 1954. Mengikuti perkembanganpolitik, pada 14 September 1956, Kepala Staf Angkatan Darat, selaku PenguasaMiliter, mengeluarkan peraturan No. PKM/001/0/1956. Pasal 1 peraturan inimenegaskan larangan untuk mencetak, menerbitkan dan menyebarkan sertamemiliki tulisan, gambar, klise atau lukisan yang memuat atau mengandungkecaman atau penghinaan terhadap presiden dan wakil presiden. Larangan itujuga berlaku bagi tulisan dan gambar yang dinilai mengandung perenyataanpermusuhan, kebencian atau penghinaan. Ketentuan yang sangat mirip dengan Haatzaai

Artikel ini, kemudian dicabut setelah diprotes kalangan pers.Mengikuti penerapan situasi darurat perang (SOB), , Penguasa Militer DaerahJakarta Raya mengeluarkan ketentuan ijin terbit pada 1 Oktober 1958.Pembredelan pers di era Soekarno banyak terjadi setelah pemberlakuan SOB, 14Maret 1957, termasuk penahanan sejumlah wartawan. Aturan soal ijin terbitbagi harian dan majalah kemudian dipertegas dengan Penpres No.6/1963[6].Selain Surat Ijin terbit, setelah meletus Peristiwa Gerakan 30 september1965, berlaku pula Surat Ijin Cetak (SIC) yang dikeluarkan oleh PelaksanaKhusus (Laksus) Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Daerah(Kopkamtibda). Pers Indonesia saat itu dikepung dengan ketentuan SIT, SIC,serta ada lagi: Surat Ijin Pembagian Kertas (SIPK), kertas tidak akandiberikan kepada media yang dinilai tidak patuh.

Era Orde Baru: Bredel Enggan Berlalu

Aturan yang menindas pers itu terus dilestarikan pada eraSoeharto, represi sudah dijalankan bahkan sejak pada awal era Orde Baru—ordeyang menjanjikan keterbukaan. Sejumlah Koran menjadi korban, antara lainmajalah Sendi terjerat delik pers, pada 1972, karena memuat tulisan yangdianggap menghina Kepala Negara dan keluarga. Surat ijin terbit Sendidicabut, pemimpin redaksi-nya dituntut di pengadilan. Setahun kemudian,1973, Sinar Harapan, dilarang terbit seminggu karena dianggap membocorkanrahasia negara akibat menyiarkan Rencana Anggaran Belanja yang belumdibicarakan di parlemen

Pada 1974, setelah meledak Persitiwa Malari, sebanyak 12 penerbitan pers[8]dibredel, melalui pencabutan Surat Ijin Terbit (SIT). Pers dituduh telah“menjurus ke arah usaha-usaha melemahkan sendi-sendi kehidupan nasional,dengan mengobarkan isu-isu seperti modal asing, korupsi, dwi fungsi,kebobrokan aparat pemerintah, pertarungan tingkat tinggi; merusakkepercayaan masyarakat pada kepemimpinan nasional; menghasut rakyat untukbergerak mengganggu ketertiban dan keamanan negara; menciptakan peluanguntuk mematangkan situasi yang menjurus pada perbuatan makar.” PencabutanSIT ini dipertegas dengan pencabutan Surat Ijin Cetak (SIC) yangdikeluarkan oleh Laksus Kopkamtib Jaya

Pemberangusan terhadap pers kembali terjadi pada 1978, berkaitandengan maraknya aksi mahasiswa menentang pencalonan Soeharto sebagaipresiden. Sebanyak tujuh surat kabar di Jakarta (Kompas, Sinar Harapan,Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi dan Pos Sore) dibekukanpenerbitannya untuk sementara waktu hanya melalui telepon,[9] dan diijinkanterbit kembali setelah masing-masing pemilik Koran tersebut meminta maafkepada pemimpin nasional (Soeharto).

Kisah pembredelan di era Soeharto terus berlanjut. Era 1980-an memintakorban antara lain: pada 1982 majalah Tempo ditutup untuk sementara waktu,ketika menulis peristiwa kerusuhan kampanye pemilu di Lapangan Banteng.Koran Jurnal Ekuin, dilarang terbit pada Maret 1983 oleh Kopkamtib akibatmenyiarkan berita penurunan patokan harga ekspor minyak Indonesia yangmerupakan informasi off the record. Korban berikutnya adalah majalah Expo(Januari 1984) setelah memuat serial tulisan mengenai Seratus MilyaderIndonesia. Tulisan tersebut dinilai telah “melakukan penyimpangan terhadapketentuan perundangan yang mengatur manajemen penerbitan pers”.Dua bulan kemudian giliran majalah Topik akibat menulis editorial MencariGolongan Miskin (Topik, 14 Februari 1984) dan menurunkan wawancara imajinerdengan Presiden Soeharto berjudul Eben menemui Pak Harto. Tulisan pertamadinilai “cenderung beraliran ekstrim kiri dan ingin mengobarkan pertentangkelas”, sedangkan tulisan kedua dianggap “bernada sinis, insinuatif dantidak mencerminkan pers bebas dan bertanggungjawab.” Bulan Mei 1984,majalah Fokus dilarang terbit dan dicabut SIT-nya setelah menurunkantulisan yang dianggap dapat mempertajam prasangka sosial. Berikutnya, pada 9Oktober 1986, koran Sinar Harapan dilarang terbit.[11] Deretan pembredelanitu terus berlanjut dengan korban koran Prioritas, tabloid Monitor, majalahSenang, hingga pada 21 Juni 1994 ketika pemerintah membunuh Tempo, Editor dan Detik

Pers Pancasila: Produk Asli IndonesiaPada era Orde Baru, pemerintahan Soeharto secara cerdik berhasil merumuskansistem pers baru yang “orisinil” yakni Pers Pancasila, satu labelisasi gayaIndonesia dari konsep development journalism (atau dalam kategori Siebert,Peterson, dan Schramm termasuk dalam jenis social responsibility pers).Konsep “Pers Pembangunan” atau “Pers Pancasila” (sering didefinisikansebagai bukan pers liberal juga bukan pers komunis) secara resmi dirumuskanpertama kali dalam Sidang Pleno Dewan Pers ke-25 di Solo pada pertengahan1980-an.. Rumusan tersebut berbunyi:Pers Pembangunan adalah Pers Pancasila , dalam arti pers yang orientasisikap dan tingkah lakunya berdasar nilai-nilai Pancasila dan UUD 45. PersPembangunan adalah Pers Pancasila, dalam arti mengamalkan Pancasila dan UUD45 dalam pembangunan berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa,bernegara, termasuk pembangunan pers itu sendiri. Hakekat Pers Pancasilaadalah pers yang sehat, yakni pers yang bebas dan bertanggungjawab dalammenjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi yang benar dan obyektif,penyalur aspirasi rakyat dan kontrol sosial yang konstruktif. Melaluihakekat dan fungsi itu Pers Pancasila mengembangkan suasana saling percayamenuju masyarakat terbuka yang demokratis dan bertanggungjawab

Istilah Pers Pancasila merupakan cerminan keinginan politik yang kuat danideologisasi korporatis saat itu yang menghendaki pers sebagai alatpemerintah. Akibatnya fungsi pers sebagai “penyebar informasi yang benar danobyektif, penyalur aspirasi rakyat dan kontrol sosial yang konstruktif”—seperti didefinisikan dalam Pers Pancasila, tidak bisaterwujud. Pers Indonesia periode akhir 1970-an hingga 1998 semata-matamenjadi corong (mouthpiece) pemerintah, kehilangan independensi dan fungsikontrolnya

Berbagai pembatasan yang dibuat rezim Soeharto membuat wartawan takbebas menulis. Pada era ini lah muncul apa yang disebut--secarasinis—sebagai “budaya telepon”. Peringatan melalui telepon ini bisadilakukan oleh siapa saja di kalangan aparat pemerintah, untuk mencegahmedia menulis laporan tertentu yang tidak disukai pemerintah. Selain itupada pertengahan 1980-an juga mulai lazim kebiasaan pejabat militer danpemerintah berkunjung ke kantor redaksi media cetak untuk memberikan“informasi penting” dan ketentuan tak tertulis apa yang boleh dan tidakboleh ditulis. Berbagai bentuk sensorsip ini mendorong pengelola mediamenggunakan gaya bahasa eufimistik untuk menghindarkan teguran danpembredelan. Lebih jauh lagi pers Indonesia semakin pintar untuk melakukanswa-sensor (self censorship). Akibatnya sebagian besar media cetak saat itubisa dikatakan menjadi corong pemerintah. Apapun yang dikatakan pejabattinggi pemerintah dan militer akan dicetak dan dijadikan laporan utama(headline) oleh pers.

Jadi, tidak berlebihan jika dikatakan, pers Indonesia yang terpasung saatitu juga berperan serta dalam melanggengkan kekuasaan rezim yangmenindasnya. Sejumlah kiat pers agar tetap survive, ternyata secara tidaklangsung ikut memperkuat cengkeraman rezim Soeharto. Pers dan wartawanIndonesia yang terbelenggu berperan besar dalam menginternalisasikanslogan-slogan rezim tanpa mencoba menelaah secara kritis (Slogan-sloganseperti: bahaya laten komunis, stabilitas demi pembangunan, ABRI/militersebagai dinamisator, termasuk slogan Pers Pancasila dan Pers Pembangunanadalah contoh slogan-slogan rezim yang disebarkan oleh pers dan harusditelan oleh masyarakat sebagai kebenaran).

Pers dan wartawan yang tidak bebas, ikut mengajarkan rasa takut--terhadapkebebasan--pada masyarakat. Atau setidaknya mereka bersikap masa bodoh,sejauh keuntungan ekonomi masih diperoleh. Di era rezim Soeharto, sejakpertengahan 1980-an, pers Indonesia mulai mencicipi buah keuntungan erapers industri. Dalam pers industri, bisnis informasi ternyata menjanjikankeuntungan besar, dan tingkat kesejahteraan wartawan menjadi semakin baik.Namun keuntungan finansial itu berbanding terbalik dengan kepeduliansosial yang makin menumpul. Peningkatan oplah dan perolehan iklan menjaditujuan. Akibatnya yang menjadi prioritas pers Indonesia—didukungpertumbuhan ekonomi yang tinggi--adalah perolehan keuntungan, bukan kualitasberita

Konsentrasi untuk mendapat keuntungan besar dan kesejahteraan materi daribisnis pers menjadi semacam eskapisme bagi wartawan. Karena dalam situasirepresif, sulit bagi wartawan untuk bisa mengeksplorasi kemampuanjurnalistiknya. Apalagi dengan adanya “hantu” pencabutan lisensi Surat IzinUsaha Penerbitan Pers (SIUPP). Izin SIUPP benar-benar seperti nyawa bagipers, dan pemerintah adalah malaikat yang siap mencabut nyawa itu setiapwaktu. Pencabutan SIUPP menjadi momok yang menakutkan bagi pers.

Terlebih-lebih saat itu sangat sulit untuk memperoleh SIUPP. Kriteriauntuk mendapat SIUPP tidak jelas, dan menjadi rahasia umum, kalangan yangdekat dengan kekuasaan saja lah yang bisa mendapat SIUPP baru. Sehinggamuncul dugaan SIUPP sengaja dijadikan alat untuk menyeleksi kepemilikanpers. Selain itu, ketika pemerintah (Departemen Penerangan), pada akhir1980an, memutuskan untuk tidak lagi menerbitkan SIUPP baru, selembar kertasperizinan itu nilainya menjadi amat mahal untuk diperjualbelikan. Melaluisistem lisensi ini lah negara (pemerintah) menguasai “ruang publik”, bukansaja media massa harus mendapat ijin agar terbit, rapat-rapat dan pertemuanpublik (lebih dari lima orang) juga harus mendapat ijin

Ruang publik tersebut adalah “wilayah” yang bebas dari kontrol negara danmodal. Setiap anggota masyarakat dapat saling berinteraksi, belajar danberdebat tentang masalah-masalah publik tanpa perlu risau adanya campurtangan penguasa (politik dan ekonomi). Dan media massa merupakan salah saturuang publik yang paling efektif untuk sarana itu. Namun, di Indonesia,ruang publik (media) telah dikuasai negara, akibatnya dalam praktekjurnalisme di Indonesia, para wartawan lebih menempatkan ucapan pejabat,jenderal dan tokoh bisnis. Selain karena demi keamanan kelanjutanpenerbitan, juga berangsur-angsur muncul anggapan bahwa ucapan pejabatpemerintah memberikan legitimasi yang kuat terhadap berita.

Praktek jurnalisme semacam itu (news talking) selain aman juga lebih mudahdilakukan oleh para wartawan—juga menguntungkan bagi perusahaan pers, karenameminimalisir biaya yang harus dikeluarkan dalam proses peliputan berita.Sebaliknya, praktek news talking memberikan peluang besar bagi para politisi(dan pengamat) untuk memanipulasi berita. Akibat lebih jauh dari praktekjurnalisme ini adalah trend menonjolnya peran hubungan masyarakat (Humas)kantor pemerintah dan perusahaan swasta yang siap menyediakan “segalainformasi” untuk membantu kerja wartawan.Dengan maraknya “jurnalisme humas”, menyebabkan masyarakat semakin sulitmemperoleh informasi yang benar tentang berbagai persoalan. Satu penelitianyang diadakan oleh Rizal Mallarangeng pada awal 1990 terhadap dua harianberpengaruh di Indonesia (Kompas dan Suara Karya) memperlihatkan besarnyaketergantungan dua media tersebut terhadap narasumber pejabat pemerintahatau birokrat. Sekitar 89,1 % berita Suara Karya dan 69,1 % beritabersumber dari pernyataan birokrat dan pejabat. Sedangkan menyangkutorientasi pemberitaan, sekitar 86,6% berita Suara Karya dan 78.9% berita diKompas berisi dukungan terhadap kebijakan pemerintah.

Menentang Tirani: Mencari AlternatifPada era Soeharto terdapat tiga faktor utama penghambat kebebasan pers danarus informasi: adanya sistem perizinan terhadap pers (SIUPP), adanya wadahtunggal organisasi pers dan wartawan, serta praktek intimidasi dan sensorterhadap pers. Faktor-faktor itu lah yang telah berhasil menghambat arusinformasi dan memandulkan potensi pers untuk menjadi lembaga kontrol.

Wartawan Indonesia, selama 52 tahun, sejak RepublikIndonesia berdiri, cuma mengenal satu organisasi wartawan, PersatuanWartawan Indonesia (PWI). Organisasi ini setiap kali terperangkap dalamkorporatisme negara. Negara mengkooptasi PWI dan menggunakannya sebagaioperator untuk merepresi dan mengintimidasi pers. Praktis, wartawanIndonesia tidak memiliki organisasi yang bisa mewakili dalam memperjuangkanhak, melindungi dan meningkatkan profesinya

Sebaliknya, wartawan justru dikontrol dan dilumpuhkan secara sistematis olehPWI.Pemerintahan Soeharto telah menciptakan mekanisme kontrol efektif terhadappers melalui tekanan untuk self cencorship, peringatan, teguran danpembredelan. Namun kontrol yang paling efektif justru dilakukan oleh orangpers sendiri, melalui Dewan Pers serta PWI. Pengurus dua organisasi inidengan sadar memfungsikan diri sebagai operator pemerintah dalam menekanpers

Pada akhirnya tekanan memunculkan perlawanan, pemicunya justru pembredelantiga media terkemuka Tempo, Detik, dan Editor, pada 21 Juni 1994. Berbedadari berbagai pembredelan pers yang sering terjadi di Indonesia, penutupantiga media itu, di luar dugaan, memunculkan reaksi perlawanan masyarakat.Ratusan wartawan bergabung dengan mahasiswa dan aktivis NGO melakukandemonstrasi pada hari-hari setelah pembredelan.

Khusus di kalangan wartawan, reaksi keras ditujukan kepada PWI. Sebagaisatu-satunya organisasi wartawan yang ada, PWI tidak memrotes pembredelanitu, sebaliknya malah “bisa memahami” sikap yang diambil rezim Soeharto.Bukan rahasia lagi, PWI merupakan kepanjangan birokrasi DepartemenPenerangan. Sehingga, bukannya membela kepentingan, hak-hak dan aspirasiwartawan, PWI justru menjadi mesin teror bagi wartawan. Kalangan wartawanmuda yang tidak puas atas sikap PWI ini pada 7 Agustus 1994 mendeklarasikanterbentuknya AJI sebagai wujud sikap “menolak wadah tunggal wartawan” dansebagai organisasi alternatif bagi wartawan.

Berdirinya AJI segera mengguncangkan hegemoni PWI, ini terbukti DepartemenPenerangan dan PWI dengan sengit mencoba meniadakan kehadiran AJI. PWImemecat 13 anggotanya yang terlibat di AJI serta meminta perusahaan perstidak mempekerjakan wartawan AJI. Belasan wartawan AJI disingkirkan darikerja kewartawanan atau diminta mengundurkan diri.[15] Pemimpin redaksi yangdianggap tidak sejalan dengan garis pemerintah serta merta bisa dicabutrekomendasinya dan hilang haknya sebagai pemimpin redaksi. “Pokoknya orangAJI tidak boleh jadi wartawan, mereka boleh kerja di perusahaan pers sebagaitukang sapu,” demikian ancam seorang pengurus PWI ketika mengintimidasipemimpin redaksi D&R yang diketahui mempekerjakan orang AJI

Kelahiran AJI memang dipacu oleh pembredelan Juni 1994. Namun embrionyadimulai ketika wartawan muda di sejumlah kota mendirikan forum-forumdiskusi wartawan. Mereka adalah Forum Wartawan Independen di Bandung, ForumDiskusi Wartawan Yogyakarta, Pers Club di Surabaya, dan Solidaritas JurnalisIndependen di Jakarta. Forum-forum wartawan yang berdiri awal 1990 an inibersifat cair dan informal, karena untuk mendirikan organisasi formalwartawan di luar PWI, saat itu, hampir mustahil. Forum-forum diskusiwartawan semacam itu menjadi oase bagi kesumpekan wartawan yang menyadarimereka tak memiliki organisasi yang bisa menyuarakan aspirasi mereka

Kecenderungan Rezim Soeharto mengkooptasi dan cuma mengakui satu organisasibagi setiap sektor organisasi masyarakat, mulai mendapat perlawanan.Berdirinya organisasi alternatif untuk menolak ketentuan pemerintah jugaterjadi sektor lain. Di kalangan buruh, pada 1992, berdiri Serikat BuruhSejahtera Indonesia (SBSI) sebagai tandingan terhadap Serikat PekerjaSeluruh Indonesia (SPSI) milik pemerintah. Untuk menandingi Dharma Wanita,telah muncul sejumlah kelompok NGO perempuan. Di kalangan mahasiswa,dibentuk berbagai “komite”atau “kelompok solidaritas” untuk menandingiorganisasi kemahasiswaan yang diakui pemerintah

Berbagai kelompok alternatif itu menggalang jaringan oposisi. Mencobatampil di lingkup politik mengambil alih fungsi partai politik dan parlemenyang telah bungkam lembaga eksekutif. AJI membangun jaringan di kalanganwartawan muda di berbagai daerah, juga melakukan training dan pelatihankepada aktivis pers mahasiswa, serta mengorganisir aksi.Selain menjadi organisasi alternatif, AJI juga menerbitkan mediaalternatif tanpa SIUPP, Independen, sebagai sikap menolak politik perizinan.Selain Independen terdapat media yang aktif menyebarkan informasi alternatifseperti yang diterbitkan Pijar Indonesia, Kabar dari Pijar, media-mediakampus serta bulletin terbitan NGO. Berbagi media tanpa SIUPP itu menjadialternatif bagi pembaca yang tidak puas dengan isi berita media mainstream.Semula Independen diterbitkan sebagai newsletter bagi anggota AJI, denganberita mengenai seputar pers. Pada perkembangannya Independen jugamenyediakan ruang untuk berita-berita umum, khususnya untuk fakta-faktayang tidak bisa disiarkan oleh pers mainstream. Independen menampungberita-berita hasil reportase wartawan AJI, yang tidak mungkin dicetak olehpers mainstream.

Salah satu laporan investigatif Independen yang banyak mendapat reaksiadalah edisi nomor 10, terbit menjelang Hari Pers Nasional, Februari 1995.Dalam edisi itu, Independen mengungkap kepemilikan saham-saham MenteriPenerangan (saat itu) Harmoko dan keluarganya di beberapa media massa. Bagikalangan pers, kabar Menteri Penerangan Harmoko memiliki saham di berbagaiperusahaan pers, sudah banyak diperbincangkan, meskipun bisik-bisik.Independen menuliskannya dalam laporan utama.Laporan itu mengungkapkan, Menteri Penerangan atau keluarganya memilikisebagian saham di 32 media massa, termasuk di sejumlah media terkemuka.Sebagian dari saham di media itu memang tidak langsung atas nama Harmoko. Disebuah mingguan ekonomi umpamanya, 28% sahamnya atas nama salah seorangadik Harmoko. Bahkan di harian berbahasa Inggris terkemuka, The JakartaPost, 5% sahamnya atas nama istri Harmoko. Tentu saja, pemilikan saham itusah-sah saja, sejauh saham itu diperoleh dengan membeli. Tapi, umumdiketahui, saham-saham itu diperoleh keluarga Harmoko dengan gratis. Bahkanpemilikan sebagian saham itu digunakan sebagai syarat untuk memperlancarkeluarnya SIUPP baru

Ketika wartawan Independen mengkonfirmasi ke Menteri Penerangan Harmoko,dia menolak menjawab, dan kemudian mengusir wartawan Independen yangdisebutnya sebagai “penerbitan liar”. Sebulan kemudian, pada 28 Maret 1995,pemerintah resmi melarang Independen. Pada edisi Maret 1995 itu, Independenmengungkap tentang “Soeharto Sakit, Elit Politik Bertarung.” Majalah bulanansetebal 32 halaman, yang pernah mendapat penghargaan dari international,itu dilarang karena dianggap telah menyebarkan kebencian, mengadu domba,menyebabkan keresahan dan menyebarkan permusuhan di kalangan masyarakat

Hantaman Krisis: Pers Menggeliat Pers Indonesia semakin kehilangan nyali pasca pembredelanTempo, Detik dan Editor. Khususnya periode setelah terjadi huru-haraPeristiwa penyerbuan kantor PDI, 27 Juli 1996 sampai dengan Pemilu 1997.Pers mainstream cuma berharap agar tetap selamat di hadapan kekuasaan yanggampang marah, akibat konfigurasi politik yang bergeser, sambil mengaiskeuntungan dari peluang pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan.Pers mainstream yang “mati suri” selama tiga tahun (1994-1997), mulaimenggeliat bangun pada awal 1998. Badai krisis moneter yang ikut melandaIndonesia pada akhir 1997 mempengaruhi kinerja pers. Banyak pers yangterancam bangkrut akibat nilai rupiah yang terjun bebas, mengakibatkanongkos produksi harga kertas dan tinta mengangkasa. Manajemen penerbitanpers menerapkan penghematan total: jumlah halaman koran dikurangi, gajiwartawan dipangkas sampai ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) bagiwartawan

Dalam kondisi sulit akibat krisis moneter ini Pers Indonesia semakinditekan. Ramainya aksi demonstrasi mahasiswa menuntut reformasi, yangkemudian menjadi berita di berbagai media, memicu tuduhan pemerintah bahwaPers Indonesia tidak proporsional dalam memberikan gambaran sesungguhnyatentang situasi akhir-akhir ini.[17] Intimidasi terhadap pers pada awal 1998langsung disuarakan oleh Presiden Soeharto.Bulan Januari 1998, Soeharto menuduh pemberitaan pers sebagai penyebabkepanikan masyarakat yang menyerbu toko dan supermarket untuk memborongbahan kebutuhan pokok (panic buying). Bulan Februari, seusai penandatanganannota kesepakatan dengan International Monetary Fund (IMF), Soeharto menuduhpers Indonesia telah memanas-manasi situasi berkaitan dengan krisis moneteryang sedang terjadi dan menyebabkan rupiah semakin turun. Pernyataan ituditegaskan lagi dalam sambutan pidato pertanggungjawaban presiden di depanSidang Umum MPR, Maret 1998. Berbagai tekanan kepada pers itu tidak berujungpada pembredelan, mengingat pemerintahan Soeharto mulai goyahlegitimasinya

Namun rezim yang mulai sekarat itu masih mencoba menggertak pers dengankasus sampul Soeharto sebagai “Raja Sekop” di majalah D&R, awal Maret 1998.Menteri Penerangan Hartono[19] bermaksud menuntut D&R ke pengadilan karenamelakukan penghinaan terhadap kepala negara, melecehkan konstitusi danmenurunkan martabat bangsa. Namun sebelum pengadilan berlangsung, D&R sudahterlebih dulu divonis. PWI menskorsing pemimpin redaksi D&R selama duatahun. Kasus D&R ini kemudian mengambang dan tidak ada penyelesaiannya..Berkah Internet: Pertarungan di Alam MayaSejak 1995, Internet memainkan peran penting dalam penyebaran informasi dikalangan aktivis dan pengakses internet. Demam internet di Indonesiadijangkitkan oleh kehadiran Apakabar, mailing-list yang dikelola oleh JohnMcDougall dari Amerika. Melalui Apakabar berbagai pandangan disebarkan, dariyang paling radikal hingga puritan, dari aktivis pro-demokrasi sampai aparatintel-militer. Selain berisi polemik berbagai pendapat dan pandangan,Apakabar juga menyebarkan informasi dari media massa, dalam dan luar negeri,yang berkaitan dengan situasi terbaru di Indonesia

Sukses Apakabar ini kemudian diikuti munculnya berbagai situs internet danmailing-list yang dikelola para aktivis di Indonesia. Para wartawaneks-Tempo mengelola Tempo Interaktif, diikuti sejumlah mailing list sepertiSiaR, KDPnet, AJInews, X-pos, Demidemokrasi, Indo-News.com, dll. Informasiyang disebarkan melalui internet mampu memuaskan masyarakat yang hausinformasi, materi dari internet seringkali di down-load dan difotokopisehingga bisa dibaca oleh mereka yang tidak memiliki akses ke internet.Selain itu, sensor yang menjadi kebiasaan rezim Soeharto, dengan mem-blackout halaman koran atau majalah asing yang memuat tentang Indonesia, tidakbisa diterapkan di internet

Materi yang paling banyak beredar di internet adalah menyangkut kekayaanSoeharto dan praktek KKN rezim Orde Baru, disamping diskusi tentangdemokrasi, hak asasi manusia serta menebarkan gagasan oposisi. Selain itumelalui internet aktivis pro-demokrasi juga saling berbagi informasi sertamelakukan koordinasi, seperti menentukan waktu dan tempat aksi unjuk rasa.Setelah rezim Soeharto tumbang, media on-line yang berorientasi profitsemakin tumbuh menjamur, seperti detik.com, mandiri.com, satunet.com,berpolitik.com, astaga.com. disamping itu sebagian besar media mainstream,seperti Kompas, Suara Pembaruan, Republika, Forum, dll., juga memiliki version-line

Pasca Soeharto: Pers Bebas tanpa Etika?
Presiden Soeharto turun pada 21 Mei 1998, akibat krisis ekonomidan karena arus informasi yang mengungkap kebobrokan pemerintahannyamengalir tanpa bisa dibendung-- melalui media alternatif dan internet.Selain itu, pers juga tidak lagi mau dibungkam. Saat-saat terakhirmenjelang keruntuhannya, Presiden Soeharto mencoba mengintimidasi pers,dengan menuduh pers "tidak proporsional dan melakukan disinformasi”.Soeharto marah karena pers selalu menempatkan aksi demonstrasi mahasiswa dantuntutan reformasi di halaman pertama. Biasanya pers Indonesia akan ciutnyalinya jika Soeharto marah, namun situasi memang sedang berubah.Perubahan pun terbuka dengan mundurnya Soeharto. Bagi para jurnalis ituberarti peluang terwujudnya jaminan kebebasan pers. Menteri Peneranganyang baru, Junus Josfiah, segera merevisi ketentuan perizinan (SIUPP) danmencabut ketentuan wadah tunggal organisasi wartawan

Pemerintah tidak lagi bisa sewenang-wenang mencabut SIUPP—yang menjadisangat mudah diperoleh. Lebih dari 1.600 SIUPP baru dikeluarkan periode Mei1998-Agustus 1999, sebelum ketentuan SIUPP akhirnya dicabut, dengandisahkannya UU No.40 tahun 1999 tentang Pers pada September 1999. Bandingkandengan era Soeharto yang cuma mengeluarkan 241 perizinan selama 32 tahunkekuasaannya.Perubahan lain yang drastis adalah diakuinya hak wartawan untuk mendirikanorganisasi baru di luar PWI. AJI setelah empat tahun diperlakukan sebagaiorganisasi ilegal, mulai diakui keberadaannya. Diikuti dengan lahirnyaberbagai organisai wartawan baru seperti Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia(IJTI), PWI Reformasi, Pewarta Foto Indonesia (PFI) dan lain-lain, yangjumlahnya mencapai 40[20]. Memang terkesan ada inflasi organisasi wartawandan penerbitan baru

Tapi ini gejala wajar, semacam demam kebebasan yang sedang dirayakanmasyarakat (sebagaimana munculnya partai-partai politik baru, yang jumlahnyapernah mencapai 108 partai-- dari semula 3 partai). Para wartawan yang lamaterkungkung dalam satu wadah organisasi, menemukan momentum untukmengaktualisasikan diri.Penerbitan pers yang semula dibatasi perizinan kemudian leluasa menerbitkanmedia. Di kota-kota kabupaten, bahkan kecamatan, terbit tabloid baru. DiUjung Pandang, misalnya, yang semula cuma memiliki 5 penerbitan pers,kurang dari setahun melonjak mencapai lebih dari 45 penerbitan pers. Banyak pengusaha “dadakan” menerbitkan penerbitan pers dengan nama-namayang aneh atau lucu, yang mengesankan kurang serius, seperti Deru, Dobrak,Pantura, Amien Pos, Mega Pos, Posmo, X-file, Gugat (tabloid ini bermotto:trial by the press) Terbukti kemudian, banyak media yang cuma bertahan satuatau dua bulan, dan berhenti terbit

Fenomena lain yang muncul, dan sempat memunculkan kekhawatiran kembalinyamedia partisan, adalah terbitnya sejumlah tabloid yang “berafiliasi” denganpartai politik. Media partai itu antara lain Amanat milik Partai AmanatNasional (PAN), Duta Masyarakat milik Partai Kebangkitan bangsa (PKB),Demokrat dikelola oleh Partai Demokrasi-Perjuangan (PDI-P), Abadi milikPartai Bulan Bintang (PBB) dan Siaga yang dianggap corong Partai Golkar.Berbeda dengan media partisan era demokrasi liberal pada tahun 1950-an, yangmurni merupakan alat partai politik, media partisan jaman reformasi kali initerbit dengan motif utama bisnis ketimbang politik, karena kelompok JawaPos Grup (Dahlan Iskan) lah yang mendanai penerbitan empat media parpol itu.Pers Indonesia memang bisa lebih longgar menyampaikan informasi di eraPresiden Habibie, namun kebebasan pers yang baru saja dinikmati itu bukantanpa ancaman. Karakter rezim Habibie sulit diprediksi, mengingat sebagianbesar pejabat pemerintah adalah “orang-orang Soeharto” juga. Sejumlah contohmenunjukkan rezim baru Habibie berupaya mengontrol pers. Pada bulan Juni1998, Habibie melontarkan gagasan untuk menerapkan "sistem lisensi" padawartawan, dan sebulan kemudian dia mengeluarkan Peraturan Pemerintah untukmengatur Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat (kedua usulan itu bisadigagalkan, berkat gencarnya perlawanan melalui aksi oposisi)

Habibie juga meminta militer menindak keras aksi-aksi demonstrasimasyarakat. Bulan Juli 1998, acara Talk Show di stasiun Indosiar dihentikansecara tiba-tiba, oleh Menteri Sekretaris Negara (saat itu) Akbar Tanjung,ketika acara sedang disiarkan, karena dianggap terlalu lugas dalam mengritikHabibie. Tabloid Detak dan harian Merdeka dituntut oleh Menteri Dalam NegeriSyarwan Hamid, karena membongkar keterlibatan Syarwan dalam Peristiwa 27Juli 1996 (penyerbuan kantor PDI).. Majalah Tajuk dituntut oleh Kodam Jayaatas tulisan tentang keterlibatan militer dalam kerusuhan 13-15 Mei 1998.Pemberitaan media yang gencar menyangkut penyadapan percakapan teleponantara Presiden Habibie dengan Jaksa Agung Andi M. Ghalib, telah menyebabkanbeberapa pemimpin redaksi diperiksa oleh kepolisian

Pada era ini jurnalisme radio mulai semarak, stasiun radio di Jakartaseperti Elshinta, Sonora dan Trijaya FM mulai memproduksi laporan berita.Langkah itu diikuti sejumlah stasiun radio di daerah seperti Nikoya, BandaAceh. Permohonan untuk pendirian stasiun radio baru mencapai 32. Sedangkanuntuk media televisi, meskipun lima stasiun TV yang terbelit utang,Departeman Penerangan sampai Maret 1999 mengeluarkan ijin siaran untukdelapan stasiun baru, enam diantaranya untuk siaran nasional.[21]Persoalannya frekwensi yang tersedia untuk siaran nasional tinggal satu.

Dengan kemudahan memperoleh ijin menerbitkan media, berakibat muncul konflikmanajemen di sejumlah media. Misalnya, sebagian awak majalah Gatra hengkangmendirikan Gamma (Desember 1998), aksi serupa juga terjadi di harian SuaraPembaruan dengan terbitnya Suara Bangsa. Koran tertua Merdeka yang sebagainsahamnya diambil oleh oleh Jawa Pos Grup, ternyata menjadi bumerang,manajemen milik Dahlan Iskan itu kemudian menerbitkan Rakyat Merdeka setelahmuncul ketidaksepahaman dalama manajerial

Era kebebasan pers juga memunculkan ekses-ekses sensasionalisme, banyaktabloid baru menulis laporan spekulatif dan tidak mengindahkan kode etik,termasuk ramainya penerbitan media yang mengusung erotisme (cenderungpornografis). Sejumlah pemimpin redaksi tabloid erotis sempat di seret kepengadilan pada Juni 1999, termasuk pemimpin redaksi majalah Matra,Riantiarno, yang divonis hukuman percobaan. Gaya jurnalisme agresif misalnyadipraktekkan oleh tabloid Warta Republik secara vulgar. Tabloid baru itupada terbitan edisi Desember 1999 melaporkan “persaingan” mantan WakilPresiden, Try Sutrisno, dan mantan Menteri Pertahanan, Edy Sudrajat,memperebutkan cinta seorang janda. Laporan itu semata-mata bersandar padarumor, Warta Republik tidak berupaya melakukan konfirmasi atau wawancarakepada tiga figur tersebut.

Kebebasan pers Indonesia, kemudian, banyak dikecam sebagai“kelewat batas” dan chaotic. Keprihatinan terhadap rendahnya penghargaanpada etika pers, khususnya untuk tabloid-tabloid baru, ramai disuarakan.Sebagai reaksi atas kondisi pers yang terkesan liar dan tak terkontrol itubermunculan lembaga-lembaga yang menerbitkan jurnal pengawas media (mediawatch)[22]. Pada saat yang sama pers Indonesia memang tidak memiliki lembagayang mampu mengawasi etika pers. Dewan Pers (bentukan pemerintah), yangseharusnya berfungsi sebagai lembaga pengontrol, tidak bisa berfungsi,karena kehilangan legitimasinya.[23] Untuk merespon suara kecaman terhadappers itu, Dewan Pers bersama sejumlah organisasi wartawan berupayamerumuskan kode etik bersama—yang menjadi patokan untuk seluruh organisasiwartawan. Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) itu, setelah melalui prosesperdebatan yang cukup panjang, akhirnya bisa disepakati dan ditandatanganioleh wakil dari 26 organisasi wartawan pada 6 Agustus 1999

Sementara itu, masyarakat pers Indonesia, sejak bergulirnyareformasi mulai menggagas untuk menyusun Undang-undang Pers baru gunamembentengi kemerdekaan pers yang diperoleh. Sejumlah aktivis, pakarkomunikasi, wartawan dan pengurus organisasi pers, pada akhir 1998membentuk forum Masyarakat Pers dan Penyiaran Indonesia (MPPI) yang kemudianmenjadi motor penyusunan UU Pers baru. Setelah melalui rangkaian diskusidan lobi panjang, akhirnya disahkan Undang-Undang No 40 tahun 1999 tentangPers (UU Pers 1999) pada 23 September 1999.

Dalam UU Pers 1999, Bab V Pasal 15, disebutkan tentang perlunyadibentuk Dewan Pers yang independen sebagai upaya mengembangkan kemerdekaanpers. Selanjutnya Dewan Pers (lama) memfasilitasi proses pembentukan DewanPers Baru yang beranggotakan wakil-wakil wartawan, perusahaan pers dan tokohmasyarakat. Proses pembentukan Dewan Pers baru cukup rumit, khususnya dalammenentukan perwakilan dari wartawan, mengingat besarnya jumlah organisasiwartawan. Terdapat 121 nama calon anggota Dewan Pers yang diajukan oleh 33organisasi wartawan dan tujuh organisasi perusahaan pers. Akhirnya, pada 22Februari 2000 Badan Pekerja memutuskan sembilan nama sebagai pengurus DewanPers periode 2000-2003

Pers dalam Ancaman Massa
Pers Indonesia memasuki fase baru, setelah sekian lama terpurukdalam cengkeraman kontrol kekuasaan Soeharto, kini cengkeraman itu berwujudmelalui ancaman publik. Tekanan dan ancaman di era Soeharto sangat efektifmeskipun tidak langsung (remote) sedangkan ancaman massa bersifat fisik,sehingga lebih nyata. Pemakaian sarana koersif untuk menekan dan mengancampers melalui pencabutan SIUPP meskipun lebih fatal, tetap terasa bukanancaman nyata, sementara ancaman kekerasan dan teror massa jauh lebihkonkrit dampaknya.

Era reformasi telah membuka kesempatan bagi pers Indonesiauntuk mengekplorasi kebebasan. Dampak yang kemudian terlihat, kebebasan ituuntuk sebagian media, bukannya diekplorasi melainkan dieksploitasi. Sejumlahkebingungan dan kejengkelan terhadap kebebasan pers di era reformasi inibisa dipahami. Kini media bebas untuk mengumbar sensasi, informasi yangdiedarkan adalah yang bernilai jual tinggi, dikemas dengan gaya sensasi.Akibat ketiadaan otoritas yang memiliki kewenangan untuk menegur ataumenindak pers, maka “publik” kemudian menjalankan aksi menghukum pers sesuaitolok ukur mereka sendiri

Era reformasi kini telah memproduksi media massa berorientasi populis,mengangkat soal-soal yang digunjingkan masyarakat. Akibatnya seringkalimedia massa menyebarkan informasi yang sebenarnya berkualifikasi isu, rumorbahkan dugaan-dugaan (hingga cacian dan hujatan). Pada ekstrim yang lainterdapat pula pers yang diterbitkan untuk tujuan politis: mempengaruhi danmembujuk pembacanya agar sepakat dan ikut dengan ideologi dan tujuanpolitisnya, atau bahkan menyerang dan membungkam pihak lawan.Media massa sebagai penyalur informasi mengemas apapun yang bisadiinformasikan, asalkan itu menyenangkan dan sedang menjadi gunjinganpublik. Gaya media semacam ini kemudian mendapat reaksi sepadan darikelompok masyarakat tertentu yang cenderung radikal dan tertutup, ataukelompok-kelompok yang mengklaim kebenaran sebagai milik mereka. Jikapemberitaan media tidak menyenangkan pihaknya atau kelompoknya, maka jalanpintasnya adalah melabrak dan mengancam—yang ternyata memang terbukti sangatefektif.

Kasus pendudukan Jawa Pos (6 Mei 2000) menunjukkan, betapa perstidak berdaya manakala gerombolan orang (massa Banser NU) memaksakanpendapatnya terhadap koran tersebut. Jawa Pos bertekuk lutut dan tergopohmeminta maaf, menyatakan pemberitaannya salah. Tidak ada pengujian secaraadil dan logis menyangkut kesalahan atau ketidaksalahan Jawa Pos terhadapberita menyangkut Presiden Abdurrahman Wahid atau NU.

Kisah lain menimpa SCTV, stasiun TV swasta itu harusmenghentikan penayangan opera sabun yang sangat populer, Esmeralda, setelah60 orang dari Front Pembela Islam (FPI) berunjukrasa ke SCTV (4 Mei).Telenovela itu dianggap secara sengaja menghina Islam, memberikan gambaranpalsu dan menyesatkan kepada penontonnya, karena salah satu tokoh dalam filmtersebut bernama Fatimah. Di kalangan Islam, Fatimah dikenal sebagai namaputri Nabi Muhammad SAW dan figur yang dihormati, sementara Fatimah dalamEsmeralda merupakan antagonis yang berperangai buruk. Tawaran SCTV untukmengganti nama tokoh Fatimah ditolak FPI, vonis telah diputus: Esmeraldayang digemari banyak penonton itu tidak boleh disiarkan

Sebelumnya sejumlah wartawan dan media sempat merasa terteror denganperangai kelompok yang menamakan diri Laskar Jihad. Organisasi ini telahmengancam, melakukan kekerasan terhadap wartawan yang ingin meliputkegiatannya. Selain mengancam secara fisik maupun teror psikologi, laskaryang gemar mengacungkan pedang itu juga diskriminatif terhadap wartawanperempuan dan wartawan non muslim. Tiga wartawan sempat disekap dan dianiayadi lokasi kamp latihan mereka di Desa Kayumanis, Kecamatan Tanah SarealBogor (9 April
Tabloid Semanggi beberapa waktu sebelumnya pernah diancam dibakar olehLaskar Jihad karena pemasangan foto kelompok ini pada edisi No. 19. Laskarini merasa tersinggung karena fotonya dimuat dalam pemberitaan mengenaiNII. Laskar Jihad menuntut agar tabloid Semanggi meminta maaf danmengklarifikasi. Ancaman serupa menimpa harian Radar Bogor. Koran ini, pada9 April, didatangi satu truk anggota Laskar Jihad dengan membawa senjatapedang dan pisau komando. Mereka marah karena Radar Bogor dinilai telahmenyebarkan berita yang mengadu domba antara laskar jihad dengan masyarakatKayumanis (lokasi latihan) dan aparat keamanan setempat. Tekanan massa FrontPemuda Islam Surakarta (FPIS) terhadap Radio PTPN Rasitania, Solo, sempatmenghentikan siaran radio tersebut selama 27 jam. Sekitar 300 anggota FPISprotes atas siaran dialog interaktif berjudul “Usaha Mengatasi Konflik AntarUmat Beragama” pada 24 Februari

Epilog: Pers Mengatur SendiriKebebasan memunculkan berbagai persoalannya sendiri, yang lebih kompleksketimbang era tirani kekuasaan.. Kebebasan Pers yang kini berkembang diIndonesia, telah ditanggapi secara negatif oleh sejumlah pihak, karenadianggap telah “bebas terlampau jauh”. .Ekses negatif kebebasan pers saatini terlihat semakin nyata dengan banyak bermunculannya media partisan,sensasional, termasuk yang menonjolkan erotika. Fenomena lainnya adalahmunculnya banyak media yang mengusung asas jurnalisme alakadarnya dan kurangmenghargai etika. Banyak pula muncul pemodal melakukan akrobat dalam bisnispers: menerbitkan media, dua bulan kemudian ditutup lantaran tidak laku,kemudian menerbitkan media baru lainnya

Seserius apakah ekses negatif kebebasan pers saat ini? Memang ada soalketika menyangkut pemberitaan konflik antar golongan atau etnis (sepertikasus Ambon), sebagian media telah memposisikan diri sebagai corong kelompoktertentu. Ada pula media yang diterbitkan semata-mata sebagai alat menyerangatau membela orang-orang tertentu. Namun justru itu lah resiko demokrasi:munculnya sejumlah pers yang buruk. Sebagaimana bertebaran pulagagasan-gagasan buruk. Tantangan di Indonesia kini adalah, pers yangbermutu dituntut untuk mengarahkan dan memperluas pembacanya, justru agarmasyarakat tidak membaca media yang buruk. Agar dalam market place of ideaside-ide baik menang terhadap gagasan buruk.Setelah halangan struktural kebebasan pers (regulasi pemerintah) berhasildisingkirkan, maka kebebasan pers itu semata-mata berhadapan dengan batastoleransi masyarakat. Opini publik lah yang akan membatasi, sejauh manapers boleh bebas Tidak bisa dielakkan bakal ada benturan kepentingan danmemunculkan ketidakpuasan satu pihak Ketika kebebasan berpendapat seseorangmerugikan pihak lain, maka satu-satunya penyelesaian adalah melaluipengadilan—yang diharapkan bisa mengeluarkan keputusan yangbijaksana—setelah melalui perdebatan yang luas. Sayangnya, ditengahkegandrungan terhadap kebebasan yang menggebu saat ini, hukum belum siapmengantisipasinya--baik hukum untuk menggebuk pelaku kekerasan maupunmenindak media yang kurang ajar. Akibatnya tirani masih bisabersimaharajalela, dan pers menjadi sasaran empuk untuk melampiaskankejengkelan akan kebebasan

Situasi itu merupakan produk langsung dari hukum yang vakum. Bukan sajaaparatnya sedang kehilangan wibawa, melainkan perangkat aturannya juga belumtersedia secara memadai. Oleh karena itu, pers Indonesia dituntut untuk bisamengatur atau mengontrol sendiri (self regulated), sesama sejawat perssaling mengingatkan. Atau setidaknya mematuhi ketentuan yang diatur dalamkode etik pers, dan menempatkan lembaga semacam Dewan Pers menjadi “polisi”yang diikuti teguran atau peringatannya. Jika tidak, apa boleh buat, kontrolmasyarakat, seperti pendudukan kantor media, akibat tidak puas ataspemberitaan pers bakal akan terus terjadi
Custom Search