Indosat Blog Contest (SinyalKuat.co.cc)
Custom Search

Jumat, 31 Oktober 2008

Memupuk Semangat Belajar

Ada sejuta definisi tentang hakikat belajar, tetapi secara awam saja kita boleh mengatakan bahwa belajar adalah usaha manusia untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan sosial sebaik- baiknya. Usaha itu dicapai antara lain dengan menyerap dan kemudian menanamkan sebanyak mungkin nilai dan pengetahuan yang kita miliki sendiri. Dan karena tujuannya adalah untuk beradaptasi dengan lingkungan sebaik-baiknya, maka tidak heran kalau dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses berkesinambungan yang dilakukan sepanjang hidup.
Segala sesuatu bila sudah menjadi kebiasaan akan terasa ringan. Demikian juga dengan kebiasaan belajar di rumah. Karenanya penting sekali diusahakan agar belajar dapat menjadi kebiasaan yang dilakukan setiap hari (kecuali pada hari-hari libur) dengan gembira.


Melatih kebiasaan belajar membutuhkan suasana yang menyenangkan. Dalam pengertian yang paling sederhana, kita akan melihat bahwa anak-anak tidak akan senang diperintah, dipaksa, dibentak, apalagi diancam dengan hukuman supaya mau belajar.

Ada sementara orang tua yang mengeluhkan anaknya yang tidak mau belajar. Kalau disuruh belajar, marah. Atau pura-pura tidak mendengar, terus sibuk dengan mainannya. Dalam hal ini kita harus bertanya. Mengapa anak ini menunjukkan tingkah laku demikian? Dapatkah ia mengikuti pelajaran di sekolah? Sukakah ia pada pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah? Kalau pelajarannya tidak menarik, anak pun biasanya enggan membuat PR atau mengulangi pelajarannya untuk keesokan harinya. Yang juga harus diperhatikan, apakah kecerdasannya cukup? Anak-anak yang kurang cerdas akan sukar mengikuti pelajaran. Anak tahu atau merasa bahwa ia tak sanggup atau tak cukup mampu untuk mengikuti dan melaksanakan tugasnya. Karena itu ia mencari berbagai alasan dan cara supaya terhindar dari keharusan belajar.

Memang ada kalanya, jika kemampuan anak tidak terlalu kurang, cukup dengan belajar lebih keras dan lebih lama dari biasanya, ia akan memperoleh hasil yang lebih memuaskan. Misalnya angka-angka ulangan menjadi lebih bagus. Tapi acapkali pula usaha semacam itu tetap tidak membuahkan hasil yang menyenangkan, bahkan ada kalanya malah semakin membuat prestasinya menurun. Semakin keras ia dipaksa belajar, semakin buruk hasilnya. Apabila sudah sampai pada taraf ini maka belajar, waktu belajar dan waktu untuk mengerjakan pekerjaan atau tugas sekolah akan menjadi saat-saat yang menyebalkan bagi anak.
Sikap positif orang tua berpengaruh besar bagi kelancaran belajar anak. Namun kelancaran belajar itu pasti tidak akan tercapai kalau tidak suasana yang mendukung. Karena itu orang tua sebaiknya menyediakan tempat khusus untuk anak belajar. Tempat itu harus memungkinkan ia untuk dapat belajar dan mengerjakan PR tanpa ada gangguan. Bila mungkin, idealnya tempat itu bisa berupa sebuah kamar khusus. Kalau tidak, di rumah yang relatif kecil pun perlu diusahakan adanya tempat belajar tertentu. Misalnya, di ruang tidur anak. Ini bukanlah syarat yang sepele. Sebab lingkungan mempengaruhi sikap anak terhadap pekerjaannya.


Demikian pula sikap orang tua terhadap proses belajar anak cukup besar pengaruhnya. Tidak mustahil, semangat belajar anak justru terpatahkan oleh sikap yang kurang menguntungkan dari orang tuanya sendiri. Karena itu orang tua seyogyanya bersikap bijaksana. Untuk menjaga agar semangat belajar anak tetap lestari, misalnya sebaiknya orang tua tidak menyuruhnya belajar pada saat yang kurang tepat. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan anak, kalau tiba-tiba ia disuruh belajar ketika sedang asyik bermain dengan teman-temannya. Apalagi waktu itu baru jam empat sore, saat yang disenangi anak untuk bermain di luar.

Orang tua perlu segera berbuat sesuatu sebelum segalanya terlambat, supaya anak-anak itu akhirnya tidak menjadi putus asa dan tak mempunyai kemauan lagi untuk belajar. Dalam hal ini komunikasi orang tua dengan sekolah menjadi penting sekali, terutama karena pihak sekolahlah yang biasanya mengetahui lebih dahulu kesulitan anak dalam belajar. Di rumah, kasih sayang orang tua yang besar terhadap anak-anak kadang-kadang membuat mereka sulit melihat kekurangan atau kelemahannya. Demi anak, orang tua memang sebaiknya mengambil inisiatif menjalin hubungan dengan guru, sehingga masalah yang dihadapi anak cepat diketahui.

Drs. M. Enoch Markum dalam bukunya "Anak, Keluarga dan Masyarakat" mengemukakan, umumnya kesulitan belajar atau kemerosotan prestasi dalam belajar yang disebabkan oleh taraf intelegensi umum yang sangat rendah (retardasi/keterbelakangan mental) dapat segera diketahui oleh orang tua. Biasanya dengan membandingkan kemampuan dan tingkah laku anaknya dengan saudara-saudaranya atau anak lain; orang tua akan segera mengetahui dan menyadari bahwa anaknya tidak tergolong cerdas. Kalaupun orang tua ini datang ke seorang psikolog, maka biasanya hanya untuk menyakinkan dugaannya dan bagaimana memperlakukan anak tersebut seharusnya. Sebaliknya dari keadaan ini adalah anak yang taraf intelegensi umumnya tinggi (di atas rata rata, superior). Anak yang intelegensinya tergolong tinggi pun tetap tidak mustahil mengalami banyak persoalan, termasuk kesulitan belajar dan kemunduran prestasi sekolah.
Kini seringkali orang tua menyikapi dengan memberi pelajaran tambahan bagi anaknya di samping pelajaran di sekolah. Namun seringkali pada dasarnya pelajaran tambahan semacam itu tidak perlu diberikan apabila sudah sejak mula orang tua mengontrol cara anaknya belajar dan mengikuti pelajaran di kelas serta dengan menyadari sampai di mana batas-batas kemampuan anaknya. Les tambahan tidak selalu menguntungkan, kecuali tentu bagi guru bersangkutan yang memberi les tambahan.


Sebagai kesimpulan, jelaslah bahwa sikap positif yang diperlihatkan orang tua terhadap anak, sekolah dan proses belajar sangat penting dalam menunjang kemajuan atau keberhasilan pendidikan anak. Orang tua juga perlu meyakinkan anak bahwa mereka mengharapkannya belajar dengan baik. Di samping itu pendapat orang tua bahwa sekolah merupakan pengalaman yang menyenangkan akan berpengaruh dalam merangsang semangat anak untuk belajar.

Sumber:
Butir-Butir Mutiara Rumah Tangga, Alex Sobur, , Artikel Memupuk Semangat Belajar, halaman 151 - 154, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987.

Kamis, 30 Oktober 2008

konsep bekerja menurut islam

Konsep Bekerja Menurut Pandangan Islam
Oleh:Hj. Ahmad bin Hj. AwangInstitut Dakwah Dan Latihan Islam, BAHEIS

Pendahuluan:
Tidak ada siapa yang akan mempertikaikan jika ada yang mengatakan bahawa setiap orang mahu bekerja atau mendapatkan pekerjaan untuk menjamin kehidupannya. Kalau kita ambil contoh dari golongan belia, baik yang berpelajaran menengath atau tinggi sama ada mereka yang gagal dan tidak pernah bersekolah langsung, semuanya bercita-cita untuk mendapat pekerjaan atau boleh bekerja bagi menampung keperluan hidupnya sendiri atau keluarganya.
Adakah bekerja itu boleh dipandang sebagai suatu kewajipan atau tanggungjawab yang mempunyai tujuan yang lebih luas? Tetapi apakah yang bekerja itu hanya sekadar untuk menampung dan menjamin kehidupan di dunia ini. Soalan ini perlulah kita jawab dengan memahami konsep kerja menurut pandangan Islam.

Pengertian Kerja:
Kerja atau amal menurut Islam dapat diertikan dengan makna yang umum dan makna yang khusus. Amal dengan makna umum ialah melakukan atau meninggalkan apa jua perbuatan yang disuruh atau dilarang oleh agama yang meliputi perbuatan baik atau jahat. Perbuatan baik dinamakan amal soleh dan perbuatan jahat dinamakan maksiat.
Adapun kerja atau amal dengan maknanya yang khusus iaitu melakukan pekerjaan atau usaha yang menjadi salah satu unsur terpenting dan titik tolak bagi proses kegiatan ekonomi seluruhnya. Kerja dalam makna yang khusus menurut Islam terbahagi kepada:

1. Kerja yang bercorak jasmani (fizikal)
2. Kerja yang bercorak aqli/fikiran (mental)

Dari keterangan hadis-hadis Rasulullah (s.a.w), terdapat kesimpulan bahawa konsep kerja menurut Islam adalah meliputi segala bidang ekonomi yang dibolehkan oleh syarak sebagai balasan kepada upah atau bayaran, sama ada kerja itu bercorak jasmani (flzikal) seperti kerja buruh, pertanian, pertukangan tangan dan sebagainya atau kerja bercorak aqli (mental) seperti jawatan pegawai, baik yang berupa perguruan, iktisas atau jawatan perkeranian dan teknikal dengan kerajaan atau swasta. Antara hadis-hadis tersebut ialah:
"Tidaklah ada makanan seseorang itu yang lebih baik daripada apa yang dimakannya dari hasil usaha tangannya sendiri". (Riwayat al-Bukhari)

Selain daripada itu para sahabat menggunakan perkataan pekerja (amil) untuk jawatan orang yang ditugaskan menjadi petugas pemerintahan umpamanva kadi, gabenor dan sebagainya. Oleh yang demikian segala kerja dan usaha yang dibolehkan oleh syarak baik yang bersifat kebendaan atau abstrak atau gabungan dan kedua-duanya adalah dianggap oleh Islam sebaga "kerja". Segala kerja yang bermanfaat Islam dan yang sekecil-kecilnya seperti menyapu longkang hingga kepada yang sebesar-besarnya seperti menjadi menteri atau kepala negara adalah merupakan kerja atau amal sekalipun ianya berlainan peringkat dan kelayakan yang diperlukan untuknya. Berdasarkan konsep ini maka menurut pandangan Islam, masyarakat seluruhnya dan semua peringkat adalah pekerja.

Oleh yang demikian konsep kerja seperti ini membawa implikasi sosial yang penting, antaranya:
1. Bahawa asal manusia adalah sama sebagai manusia dan pekerja yang mempunyai kemuliaan dan kehormatan sekalipun perbezaan itu tidaklah merupakan keistimewaan satu pihak terhadap yang lain.
2. Para pekerja bukanlah hanya satu kelompok dari masyarakat, bahkan mereka adalah semua anggota masyarakat. Jadi mengikut konsep Islam bahawa masyarakat itu adalah tersusun atau terbentuk dari kerjasama antara sesama para pekerja di dalamnya, bukan terdiri dari kumpulan para pekerja dan para majikan seperti yang difahami menurut sistem ekonomi komunis atau kapitalis.

Kerja Menurut Tuntutan Islam:
Islam menjadikan kerja sebagai tuntutan fardu atas semua umatnya selaras dengan dasar persamaan yang diisytiharkan oleh Islam bagi menghapuskan sistem yang membeza-bezakan manusia mengikut darjat atau kasta dan warna kulit. Firman Allah yang bermaksud:
"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu daripada lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan berpuak-puak supava kamu berkenal-kenalan. Sesungguhnya orang yang termulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang taqwa." (al-Hujurat: 13)
Dengan menggunakan segala unsur-unsur perbezaan darjat atau warna kulit itu maka jadilah kerja menurut Islam suatu tuntutan kewajipan yang menyeluruh atas setiap orang yang mampu bekerja untuk mencapai kebahagiaan individu dan juga masyarakat. Jadi tidaklah kerja itu hanya khusus untuk golongan hamba abdi seperti sebelumnya.
Firman Allah bermaksud:
"Dan katakanlah wahai Muhammad, beramallah kamu akan segala apa yang diperintahkan, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan." (al-Taubah: 105)
Islam juga meningkatkan tuntutan kerja itu hingga ke tahap kewajipan agama. Oleh itu tahap iman sentiasa dikaitkan oleh al-Quran dengan amal soleh atau perbuatan baik. Ini bererti Islam itu adalah akidah yang mesti diamalkan dan amalan yang mesti berakidah secara tidak terpisah. Seperti firman Allah bermaksud:
"Demi masa, sesungguhnya sekalian manusia dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal soleh". (al-Asr: 1-3)

Kerja Sebagai Sumber Nilai:
Islam menjadikan kerja sebagai sumber nilai insan dan ukuran yang tanggungjawab berbeza. Firman Allah bermaksud:
"Dan bahawa sesungguhnya tidak ada balasan bagi seseorang itu melainkan balasan apa yang diusahakan". (al-Najm: 39)
Firman-Nya lagi bermaksud:
"Dan bagi tiap-tiap seseorang beberapa darjat tingkatan balasan disebabkan amal yang mereka kerjakan dan ingatlah Tuhan itu tidak lalai dari apa yang mereka lakukan". (al-An'am: 132)
Kerja sebagai sumber nilai manusia bererti manusia itu sendiri menentukan nilai atau harga ke atas sesuatu perkara itu. Sesuatu perkara itu pada zatnya tidak ada apa-apa nilai kecuali kerana nisbahnya kepada apa yang dikerjakan oleh manusia bagi menghasil, membuat, mengedar atau menggunakannya. Kerja juga merupakan sumber yang objektif bagi penilai prestasi manusia berasaskan segi kelayakan. Oleh yang demikian Islam menentukan ukuran dan syarat-syarat kelayakan dan juga syarat-syarat kegiatan bagi menentukan suatu pekerjaan atau jawatan itu supaya dapat dinilai prestasi kerja seseorang itu. Dengan cara ini, Islam dapat menyingkirkan perasaan pilih kasih dalam menilai prestasi seseorang sama ada segi sosial, ekonomi dan politik.

Kerja Sebagai Sumber Pencarian:
Islam mewajibkan setiap umatnya bekerja untuk mencari rezeki dan pendapatan bagi menyara hidupnya. Islam memberi berbagai-bagai kemudahan hidup dan jalan-jalan mendapatkan rezeki di bumi Allah yang penuh dengan segala nikmat ini. Firman-Nya bermaksud:
"Dan sesungguhnya Kami telah menetapkan kamu (dan memberi kuasa) di bumi dan Kami jadikan untuk kamu padanya (berbagai-bagai jalan) penghidupan." (al-A'raf: 168)
Dan firman-Nya lagi bermaksud:
"Dialah yang menjadikan bumi bagi kamu mudah digunakan, maka berjalanlah di merata-rata ceruk rantaunnya, serta makanlah dari rezeki yang dikurniakan Allah dan kepada-Nya jualah dibangkitkan hidup semula." (al-Mulk: 15)
Islam memerintahkan umatnya mencari rezeki yang halal kerana pekerjaan itu adalah bagi memelihara maruah dan kehormatan manusia. Firman Allah bermaksud:
"Wahai sekalian manusia, makanlah dari apa yang ada di muka bumi yang halal lagi baik". (al-Baqarah: 168)
Sabda Nabi (s.a.w) bermaksud:
"Mencari kerja halal itu wajib atas setiap orang Islam."
Oleh yang demikian Islam mencela kerja meminta-minta atau mengharapkan pertolongan orang lain kerana ianya boleh merendahkan harga diri atau maruah. Dalam sebuah hadis Rasulullah (s.a.w) bermaksud:
"Bahawa sesungguhnya seseorang kamu pergi mengambil seutas tali kemudian mengikat seberkas kayu api lalu menjualnya hingga dengan sebab itu ia dapat memelihara harga dirinya, adalah lebih baik daripada ia pergi meminta-minta kepada orang sama ada mereka rnemberinya atau menolaknya."

Kerja Sebagai Asas Kemajuan Umat:
Islam mewajibkan kerja untuk tujuan mendapatkan mata pencarian hidup dan secara langsung mendorongkan kepada kemajuan sosioekonomi. Islam mengambil perhatian yang bersungguh-sungguh terhadap kemajuan umat kerana itu ia sangat menekankan kemajuan di peringkat masyarakat dengan menggalakkan berbagai kegiatan ekonomi sama ada di sekitar pertanian, perusahaan dan perniagaan. Dalam hadis Rasulullah (s.a.w) sangat ketara dorongan ke arah kemajuan ekonomi di sektor tersebut, sebagai contoh:
1. Di bidang Pertanian
Sabda Rasulullah s.a.w bermaksud:
"Tidaklah seseorang mukmin itu menyemai akan semaian atau menanam tanaman lalu dimakan oleh burung atau manusia melainkan ianya adalah menjadi sedekah".
2. Di bidang Perusahaan
Sabda Rasulullah s.a.w. bermaksud:
"Sebaik usaha ialah usaha seorang pengusaha apabila ia bersifat jujur dan nasihat- menasihati.
3. Di bidang Perniagaan
Rasulullah (s.a.w) pernah meletakkan para peniaga yang jujur dan amanah kepada kedudukan yang sejajar dengan para wali, orang-orang yang benar, para syuhada' dan orang-orang soleh dengan sabda bermaksud:
"Peniaga yang jujur adalah bersama para wali, orang-orang siddiqin, para syuhada' dan orang-orang soleh".
Baginda juga menyatakan bahawa sembilan persepuluh daripada rezeki itu adalah pada perniagaan.

Islam Menolak Pengangguran:
Islam menuntut umatnya bekerja secara yang disyariatkan atau dibenarkan menurut syarak bagi menjamin kebaikan bersama dengan mengelakkan dari meminta-minta dan sebaliknya hendaklah berdikari. Islam sentiasa memandang berat dan menyeru umatnya untuk bekerja dan berusaha mencari rezeki melalui dua pendekatan berikut:
Islam melarang dan mencegah umatnya meminta-minta dan menganggur. Banyak hadis Nabi (s.a.w) mengenai larangan berusaha cara meminta. Baginda sering benar mengarahkan orang yang datang meminta, supaya mereka bekerja umpamanya, suatu ketika seorang fakir datang meminta-minta kepada baginda lalu baginda bertanya: "Adakah anda memiliki sesuatu?" "Tidak", kata lelaki itu. Baginda bertanya lagi dengan bersungguh-sungguh, lalu lelaki itu menjawab: "Saya ada sehelai hamparan yang separuhnya kami jadikan alas duduk dan separuhnya lagi kami buat selimut dan ada sebuah mangkuk yang kami gunakan untuk minum".Maka baginda bersabda kepadanya: "Bawakan kedua-dua benda itu kepada saya". Lalu dibawanya kedua-dua barang itu, kemudian Nabi tunjukkan barang itu kepada orang yang berada di sisi baginda kalau ada sesiapa yang hendak membelinya. Akhirnya baginda dapat menjualnya dengan harga dua dirham dan diberikan wang tersebut kepada lelaki itu sambil baginda berkata: "Belilah makanan untuk keluargamu dengan satu dirham manakala satu dirham lagi belikanlah sebilah kapak". Kemudian Rasulullah (s.a.w) meminta lelaki itu datang lagi, lalu lelaki itupun datang dan baginda telah membubuhkan hulu kapak itu dan menyuruh lelaki itu pergi mencari kayu api sambil baginda mengatakan kepada lelaki itu supaya lelaki itu tidak akan berjumpa lagi dalam masa 15 hari. Lelaki itu pergi dan kembali lagi selepas 15 hari sambil membawa datang 10 dirham, lalu ia berkata: "Wahai Rasulullah, Allah telah memberkati saya pada kerja yang tuan suruh saya itu." Maka baginda Rasulullah (s.a.w) bersabda: "Itu adalah lebih baik daripada anda datang pada hari kiamat kelak sedang pada muka anda bertanda kerana meminta-minta.
Berdasarkan kepada banyak hadis mengenai perkara ini, para ulama membuat kesimpulan bahawa larangan meminta-minta itu bukanlah sekadar perintah bersifat akhlak sahaja bahkan orang yang menjadikan kerja meminta-minta itu sebagai "profesion", hendaklah dikenakan hukuman yang berpatutan.

Kesimpulan:
Berdasarkan kepada keterangan ayat-ayat al-Quran dan hadis Rasulullah (s.a.w) dengan huraian-huraian seperti yang disebutkan dapatlah dibuat kesimpulan bahawa Islam sangat mengambil berat terhadap "kerja" dengan menjelaskan konsep kerja itu dan kedudukannya yang tinggi dalam ajaran Islam. Ringkasnya, kita dapat simpulkan seperti berikut:-
Kerja menurut konsep Islam adalah segala yang dilakukan oleh manusia yang meliputi kerja untuk dunia dan kerja untuk akhirat.
Kerja untuk kehidupan dunia sama ada yang bercorak aqli/mental (white collar job) atau bercorak jasmani (blue collar job) adalah dipandang sama penting dan mulia di sisi Islam asal sahaja dibolehkan oleh syarak.
Islam mewajibkan kerja ke atas seluruh umatnya tanpa mengira darjat, keturunan atau warna kulit, kerana seluruh umat manusia adalah sama di sisi Allah, melainkan kerana taqwanya.
Masyarakat Islam adalah sama-sama bertanggungjawab dan bekerjasama melalui kerja masing-masing. Berdasarkan kebolehan dan kelayakan serta kelayakan bidang masing-masing kerana segala kerja mereka adalah bersumberkan iman dan bertujuan melaksanakan amal soleh.
Kerja adalah asas penilaian manusia dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya sebagai khalifah Allah dan hamba-Nya untuk memakmurkan bumi ini dan sekaligus pula beribadat kepada Allah, Tuhan Pencipta alam.
Kerja merupakan cara yang tabi'i untuk manusia mencari nafkah bagi menyara hidup dan keluarga melalui berbagai sektor pekerjaan dan perusahaan yang sedia terbuka peluangnya dengan persediaan dan kemudahan alam yang Allah sediakan di atas muka bumi ini.
Islam melarang/menolak pengangguran kerana ia akan mendedahkan kepada kelemahan dan kefakiran dan jatuhnya maruah diri/ummah, kerana Islam menghendaki setiap umatnya bermaruah dan berdikari, tidak meminta-minta dan berharap kepada bantuan dan belas kasihan orang lain, bahkan sebaliknya hendaklah menjadi umat yang kuat dan mampu membela mereka yang lemah dan tertindas agar seluruh manusia menikmati keadilan dan rahmat yang dibawa oleh Islam sebagai agama atau "ad-Din" yang tertinggi dan mengatasi seluruh kepercayaan dan ideologi manusia. Firman Allah S.W.T bermaksud: "Dialah Allah yang mengutuskan Rasul-Nya (Muhammad) dengan membawa petunjuk dan agama yang benar (Islam) supaya ia meninggikan atas segala agama yang lain, walaupun orang musyrik membencinya".

Sumber: Sinaran Islam, Tahun 8, Bil. 2, Jun 1988, hal. 16-30.

geovisit();

Kamis, 16 Oktober 2008

Obesitas Berisiko Kanker

TAK banyak wanita yang mengetahui bahwa obesitas dapat meningkatkan risiko untuk terkena berbagai macam kanker. Setidaknya itulah kesimpulan studi yang dipublikasikan dalam sebuah jurnal kebidanan dan kandungan, baru-baru ini.

"Banyak wanita yang kurang mengetahui informasi perihal kelebihan berat badan dan risikonya.Terkait kanker, hal yang mengkhawatirkan adalah keganasan kandungan dan kanker endometrium (selaput rahim)," ujar salah seorang tim peneliti studi tersebut, Dr Pamela T Soliman, dari Anderson Cancer Center di Houston.
"Kita harus mengedukasi pasien dengan lebih baik lagi," sebutnya.

Soliman dan timnya menyimpulkan, wanita yang kelebihan berat badan (overweight) berpotensi empat kali lebih besar terkena kanker di saluran rahim, sementara wanita obesitas berisiko enam kali lipat. Mereka juga berisiko tinggi terkena kanker payudara dan kanker usus. Kelebihan berat badan rupanya juga dapat meningkatkan risiko kematian pada pasien kanker, terutama kanker endometrium.

Pasien wanita pengidap kanker yang kelebihan berat badan akan berisiko 6,25 kali lebih tinggi untuk meninggal akibat penyakitnya itu. Dalam studi tersebut, Soliman dan timnya melibatkan partisipan sebanyak 1.545 wanita. Sebanyak 28 persen partisipan memiliki berat badan ideal, 24 persen kelebihan berat badan (overweight), dan 45 persen obesitas. Mayoritas partisipan (91 persen) juga merupakan peserta asuransi kesehatan. Setelah dilakukan studi, hanya 42 persen partisipan yang tahu bahwa obesitas meningkatkan risiko kanker endometrium, dan 53 persen yang paham bahwa kanker usus dapat terkait obesitas.

Sementara partisipan yang sadar bahwa berat badan berlebih dapat meningkatkan risiko kanker payudara hanya sekitar 54 persen. Para wanita yang terlibat dalam penelitian tersebut berasal dari kalangan terdidik lulusan universitas, bahkan program spesialis, mereka juga ikut asuransi. "Bahkan, pasien yang secara rutin kontrol ke dokter juga tidak sadar bahwa obesitas dapat meningkatkan risiko mereka untuk terkena beragam kanker," katanya prihatin.(sindo//tty)

Memelihara Hewan Unik, Berpotensi Sebarkan Penyakit

MEMELIHARA binatang bisa menjadi pembelajaran bagi anak untuk mengungkapkan kasih sayang. Namun, pastikan hewan tersebut tidak terjangkit penyakit. Kini, binatang unik seperti binatang melata, berbisa, pengerat, hingga binatang liar menjadi favorit anak-anak untuk menjadi hewan peliharaan.
Hal tersebut memang sah-sah saja, tapi sebaiknya jangan abaikan kondisi kesehatan mereka yang takutnya malah menularkan penyakit ke anak Anda. Sebuah penelitian di Washington menunjukkan adanya indikasi binatang- binatang peliharaan seperti kadal, hamster, landak dan aneka binatang unik lainnya memiliki risiko kesehatan yang buruk terhadap anak-anak dan orangtua.

Hasil penelitian tersebut menyatakan, sebaiknya teliti dulu kondisi kesehatannya. Beberapa kura-kura diduga dapat menularkan sejumlah penyakit seperti rabies dan salmonella. Hewan lain yang patut diwaspadai adalah iguana dan monyet yang dapat menyebabkan infeksi atau alergi akibat gigitan dan cakarannya.Umumnya, tubuh anak-anak memang mudah tertular penyakit. Sebab, jaringan imun yang masih belum sempurna. Sebaiknya, anak di bawah usia lima tahun tidak memelihara binatang yang terbilang unik seperti iguana atau monyet. Disarankan pula, untuk tidak melakukan kontak langsung terhadap hewan yang berada di kebun binatang ataupun tempat umum lainnya. Penelitian tersebut juga mengambil contoh sejumlah keluarga di Amerika yang memiliki seekor atau lebih binatang peliharaan.

Kepala penelitian Larry Pickering mengatakan bahwa berdasarkan laporan yang diperoleh, terdapat 11 persen dari kasus salmonella yang terjadi pada anak-anak ditularkan oleh kadal, kura-kura, dan hewan reptil lainnya. Selain itu, hamster dapat pula menularkan kuman yang menyebabkan diare, demam, dan kram perut. "Banyak orangtua yang tidak mengerti akan aneka infeksi yang dapat diderita oleh anak-anak. Karena, mereka tidak mengecek kondisi kesehatan hewan pemeliharaan yang terbilang unik," ujarnya. Dokter asal Chicago ini menyatakan, hewan peliharaan yang unik berpotensi menyebabkan kematian. Rata-rata serangan atau gigitan binatang tersebut jauh lebih berbahaya daripada anjing atau kucing. Cakaran maupun goresan yang ditimbulkan mampu membuat risiko negatif lima kali lebih besar pada tubuh anak-anak.

Lebih dari empat juta anak-anak di Amerika Serikat memelihara reptil dan landak sebagai hewan peliharaan. Dan ternyata, setelah dideteksi beberapa anggota keluarga terdapat dua atau lebih jenis bakteri salmonella pada tulang punggung mereka. Landak dapat menjadi binatang yang berbahaya karena duri pada kulitnya dapat membawa bakteri yang menyebabkan demam dan sejumlah penyakit perut. Penelitian yang dilakukan Dr Joseph Bocchini ini memperlihatkan penyakit yang berasal dari infeksi tertular kepada anak balita tersebut akibat bakteri salmonella yang tertular dari iguana sebagai hewan peliharaan mereka.

Anak tersebut harus mendapat perawatan lebih dari empat minggu di rumah sakit, sebelum akhirnya dapat kembali pulang ke rumahnya. "Dengan perhatian yang cukup dari orangtua seperti selalu mencuci tangan anakanaknya sesudah memegang hewan peliharaannya maka itu menjadi pencegahan awal terhindar dari penyakit. Namun, sebaiknya, anak-anak setelah berusia lima diperbolehkan memelihara binatang," ujar Bocchini. Contoh lainnya seperti yang pernah terjadi di Amerika Serikat pada 2003, saat satu keluarga tertular penyakit cacar monyet setelah mereka memelihara seekor anjing yang terinfeksi kuman tersebut. Karena itu, jelas Bocchini, sebaiknya hindari memelihara hewan jika salah satu anggota keluarga masih bayi atau belum berusia lima tahun ke atas.(sindo//tty)

waspadai hamil di luar rahim

KEHAMILAN
ektopik (hamil di luar rahim) merupakan mimpi buruk bagi wanita. Jika tidak terdeteksi secara dini, kehamilan ektopik bisa berakibat fatal.Setiap wanita normal, pastilah menginginkan bisa hamil, melahirkan, dan membesarkan anaknya. Namun, tidak semua wanita bisa melakukan itu. Karena dalam masamasa kehamilan banyak gangguan bisa terjadi.Salah satu gangguan kehamilan yang banyak ditemukan adalah kehamilan ektopik.

Gangguan tersebut merupakan salah satu komplikasi kehamilan saat ovum yang sudah dibuahi menempel pada jaringan lain yang seharusnya pada dinding rahim.Beberapa dekade lalu, kehamilan ektopik ini masih sangat sulit dideteksi. Karena gejala yang dirasakan si ibu, hampir sama dengan kehamilan umumnya. Misalnya mual-mual, sering pusing hingga malas mengonsumsi apa pun. Namun, sekarang dengan kecanggihan teknologi, kehamilan ektopik sudah bisa dideteksi.Yang membuat gejala kehamilan ektopik berbeda dengan kehamilan normal adalah sang ibu lebih sering merasakan sakit di bagian bawah perut kanan dan kiri hingga kejang-kejang.

Selain itu, ada pula faktor-faktor penyebab kehamilan ektopik seperti perubahan motilitas tuba yang berhubungan dengan faktor hormonal.Dalam hal ini gerakan peristalsis tuba menjadi lamban, sehingga implantasi zigot terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri. Dengan meningkatnya usia ibu, akan diiringi dengan penurunan aktivitas mioelektrik tuba sehingga menempel di tempat yang salah.Gejala lainnya dari kehamilan ektopik adalah munculnya rasa nyeri abdomen, keterlambatan menstruasi, dan perdarahan vagina.

Nyeri yang muncul berintensitas tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Penderita dapat jatuh pingsan dan syok akibat rasa nyeri yang menyerang.Pendarahan pada wanita yang mengalami kehamilan ektopik umumnya tidak banyak dan berwarna cokelat tua. Penderita mungkin tidak menyangka bahwa dirinya hamil, atau menyangka dirinya hamil normal,atau mengalami keguguran (abortus tuba).Sebagian penderita tidak mengeluhkan keterlambatan haid karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya. Kadang-kadang pasien merasakan nyeri yang menjalar ke bahu. Hal ini disebabkan iritasi diafragma oleh hemoperitoneum."Walaupun sekarang sudah bisa diketahui secepatnya, namun kita membutuhkan kerja sama yang kompak dengan si ibu.

Karena untuk mendeteksi kehamilan ektopik tidak bisa disamakan dengan kehamilan biasa," kata dokter Spesialis Kandungan dari Klinik Keluarga Bahagia, dr Irawan Sumantri,SpOG.Lebih disayangkan Irawan, selain dibutuhkan kerja sama dengan si ibu ataupun suami, tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas pencitraan untuk mengetahui keadaan kehamilan ektopik pada seorang wanita."Tidak semua dokter kandungan bisa mendeteksi seberapa jauh kehamilan ektopik. Masalahnya, jika dibiarkan berlarut- larut, kehamilan ektopik bisa diumpamakan sebagai bom waktu di dalam tubuh si ibu. Hal ini bisa terjadi jika tidak ada fasilitas diagnostik yang menunjang," terangnya.Dia juga menambahkan, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) selama ini dianggap sebagai penyebab kehamilan ektopik. Namun, ternyata hanya AKDR yang mengandung progesteron yang meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik."AKDR tanpa progesteron tidak meningkatkan risiko kehamilan ektopik, tetapi bila terjadi kehamilan pada wanita yang menggunakan AKDR, besar kemungkinan kehamilan tersebut adalah kehamilan ektopik," tandasnya.Hal tersebut juga disampaikan Dokter Spesialis Kandungan di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) dr Djalil Anshori, SpOG.

Dia mengatakan bahwa di Amerika Serikat, kehamilan ektopik terjadi pada satu dari 64 hingga satu dari 241 kehamilan. Sedangkan di Indonesia belum banyak penelitian yang dilakukan tentang kehamilan ektopik tersebut."Intinya semakin cepat terdeteksi, kehamilan ektopik tidak akan membahayakan si ibu. Karena bisa ditangani sesegera mungkin," kata Djalil.

Kehamilan ektopik, menurut Djalil, tidak bisa dipertahankan karena tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan. Suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan terkompromi.Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah hasil pembuahan mati dini hingga abortus atau keguguran. Yang harus dilakukan dokter, menurut Djalil, ketika memeriksa dini pasien dengan kehamilan ektopik adalah mengamati jika pasien usia reproduktif mengeluhkan nyeri perut bawah yang hebat dan tiba-tiba, ataupun nyeri perut bawah yang gradual, disertai keluhan perdarahan vagina ditemukan tanda-tanda akut abdomen.(sindo//nsa)

Rabu, 15 Oktober 2008

takdir

Takdir
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Rukun Islam
Syahadat · Shalat · PuasaZakat · Haji
Rukun Iman
Allah · Al-Qur'an · MalaikatNabi · Hari AkhirQada & Qadar
Tokoh Islam
Muhammad SAWNabi & Rasul · SahabatAhlul Bait
Kota Suci
Mekkah ·Madinah · YerusalemNajaf · Karbala · KufahKazimain · Mashhad ·Istanbul
Hari Raya
Hijrah · Idul Fitri · Idul Adha · Asyura·Ghadir Khum
Arsitektur
Masjid ·Menara ·MihrabKa'bah


Jabatan Fungsional
Khalifah ·Ulama ·MuadzinImam·Mullah·AyatullahMufti
Teks & Hukum
Al-Qur'an ·Hadist · SunnahFiqih · Fatwa · Syariat
Manhaj
Salafush Shalih
Mazhab
SunniHanafi ·HambaliMaliki ·Syafi'i
Syi'ahDua Belas ImamIsmailiyah·Zaidiyah

Lain-lain
Ibadi · KhawarijMurji'ah·Mu'taziliyah
Gerakan
Hizbullah·Hizbut TahrirIkhwanul Muslimin·TasawufWahhabismeJamaah Tabligh
Ormas Islam
Nahdlatul UlamaMuhammadiyahWahdah IslamiyahPersis·MUI·LDII

Takdir adalah suatu ketetapan akan garis kehidupan seseorang. Setiap orang lahir lengkap dengan skenario perjalanan kehidupannya dari awal dan akhir. Hal ini dinyatakan dalam Qur'an bahwa segala sesuatu yang terjadi terhadap diri seorang sudah tertulis dalam induk kitab. Namun pemahaman seperti ini tidak bisa berdiri sendiri atau belum lengkap, karena dengan hanya memahami seperti tersebut diatas dapat menyebabkan seseorang bingung untuk menjalani hidup dan mensikapinya.

Takdir dalam agama Islam
Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi Allah melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mendefinisikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah terjadi.
Untuk memahami konsep takdir, umat Islam tidak dapat melepaskan diri dari dua dimensi pemahaman takdir. Kedua dimensi dimaksud ialah dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan.

Dimensi ketuhanan
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang menginformasikan bahwa Allah maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan Takdir.

Dimensi kemanusiaan
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang meginformasikan bahwa Allah memperintahkan manusia untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita dan tujuan hidup yang dipilihnya.

Implikasi Iman kepada Takdir
Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan keinginannya. Manuisa hanya tahu takdirnya setelah terjadi.
Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa untuk merubahnya. Usaha perubahan yang dilakukan oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka Allah melarangnya untuk menepuk dada sebagai hasil karyanya sendiri. Bahkan sekiranya usahanya itu dinialianya gagal dan bahkan manusia itu sedih bermuram durja menganggap dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai kesombongan yang dilarang juga (Al Hadiid QS. 57:23).
Kesimpulannya, karena manusia itu lemah (antara lain tidak tahu akan takdirnya) maka diwajibkan untuk berusaha secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu beribadah kepada Allah. Dalam menjalani hidupnya, manusia diberikan pegangan hidup berupa wahyu Allah yaitu Al Quran dan Al Hadits untuk ditaati.

Iman kepada Qadar
Iman kepada Qadar adalah salah satu dari enam rukun iman yang telah dijelaskan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada malaikat Jibril ketika bertanya tentang iman. Iman kepada Qadar adalah masalah yang sangat penting. Banyak orang yang telah memperdebatkan tentang Qadar sejak zaman dahulu, sampai hari inipun mereka masih memperdebatkan. Akan tetapi kebenaran masalah tersebut, walillah al-Ham, sangat jelas dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Kemudian yang dimaksud dengan iman kepada Qadar adalah kita mempercayai (sepenuhnya) bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu, sebagaimana firman-Nya.
"Artinya : Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya" [Al-Furqaan : 2]
Kemudian ketetapan yang telah ditetapkan Allah selalu sesuai dengan kebijakan-Nya dan tujuan mulia yang mengikutinya serta berbagai akibat yang bermanfaat bagi hamba-Nya, baik untuk kehidupan (dunia) maupun akhiratnya.
Iman kepada Qadar berkisar empat tingkat keimanan.

[1]. Ilmu (Allah),
yakni mempercayai dengan sepenuhnya bahwa ilmu Allah Subhanahu wa Ta'ala meliputi segala sesuatu, baik di masa lalu, sekarang maupun yang akan datang, baik yang berhubungan dengan perbuatan-Nya maupun perbuatan hamba-Nya. Dia (Allah) meliputi semuanya, baik secara global maupun rinci dengan ilmu-Nya yang menjadi salah satu sifat-Nya sejak azali dan selamanya (tak ada akhirnya). Dalil-dalil tentang tingkatan ini banyak sekali. Allah telah berfirman :
"Artinya : Sesungguhnya Allah tidak ada rahasia lagi bagi-Nya segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit" [ Ali-Imran : 5]
Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menunjukkan pengetahuan Allah pada segala sesuatu, baik secara global maupun rinci. Dalam tingkatan ini barangsiapa yang mengingkari Qadar maka dia kafir, karena dia mendustakan Allah dan Rasul-Nya serta ijma' kaum muslimin dan meremehkan kesempurnaan Allah. Maka Allah tidak akan bodoh terhadap sesuatu yang akan datang dan tidak akan melupakan sesuatu yang telah lewat.

[2]. Beriman kepada Allah telah menulis ketetapan segala sesuatu sampai terjadi hari Qiyamat, karena ketika Dia menciptakan Qalam, Dia berfirman kepadanya : "Tulislah", kemudian dia (Qalam) berkata : "Hai Tuhanku, apa yang aku tulis?" Dia berfirman : "Tulislah (dalam hadits yang lain. "Tulislah taqdir segala sesuatu hingga hari kiamat") semuanya yang terjadi", kemduian dia (Qalam) seketika berjalan menulis segala sesuatu yang terjadi sampai hari Qiyamat. Maka Allah telah menulis di Lauh Mahfudz ketetapan segala sesuatu. Tingkatan ini telah ditunjukkan oleh firman Allah.
"Artinya : Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah" [Al-Hajj : 70]

[3]. Beriman bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini disebabkan kehendak Allah. Segala sesuatu yang ada di alam ini terjadi karena kehendak Allah, baik yang dilakukan oleh-Nya maupun oleh mahkhluk. Allah telah berfirman.
"Artinya : Dia (Allah) melakukan apa yang Dia kehendaki" [Ibrahim : 7]
Allah juga berfirman.
"Artinya : Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya" [Al-An'am : 149]

[4]. Beriman bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu, Maka Allah adalah Maha Pencipta dan selain-Nya Dia adalah makhluk. Segala sesuatu, Allah-lah penciptanya dan semua makhluk adalah ciptaan-Nya. Jika segala perbuatan manusia dan ucapannya termasuk sifatnya, sedangkan manusia itu makhluk, maka sifat-sifatnya juga makhluk Allah. Hal itu ditunjukkan oleh firman Allah.
"Artinya : Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat" [As-Safat : 96]
Dengan demikian, Allah telah menetapkan penciptaan manusia dan perbuatannya. Allah juga berfirman : "Wa ma ta'malun" (dan apa saja yang kamu perbuat).
Kemudian ketahuilah bahwa iman kepada Qadar tidak berarti menghilangkan pelaksanaan sebab, bahkan melaksanakan berbagai sebab merupakan perintah Syari'ah. Hal itu dapat tercapai karena Qadar, karena bebagai sebab akan melahirkan musabab (akibat). Oleh karena itu, Amirul Mu'minin, Umar bin Khaththab, ketika pergi menuju Syam, di tengah perjalan dia mengetahui bahwa telah menyebar wabah penyakit di sana. Kemudian para sahabat bermusyawarah ; apakah perjalanan ini diteruskan atau kembali pulang ke Madinah ? Maka terjadilah perselisihan pendapat di antara mereka dan kemudian beliau memutuskan untuk kembali ke Madinah. Ketika beliau (Umar) sudah mantap pada pendapat tersebut, maka datanglah Abu Ubaidah Amir bin Al-Jarah seraya berkata : Hai Amirul Mu'minin, mengapa anda kembali ke Madinah dan lari dari Qadar Allah ?" Umar menjawab : " Kami lari dari Qadar Allah menuju Qadar Allah". Kemudian setelah itu datang Abdurrahman bin Auf (dia sebelumnya tidak ada di situ untuk memenui kebutuhannya), kemudian dia menceritakan bahwa Nabi pernah bersabda tentang wabah penyakit.
"Artinya : Bila kamu sekalian mendengar terjadinya wabah penyakit di bumi tertentu, maka janganlah kamu mendatanginya dan biarkan mereka yang terkena wabah itu mati tanpa perlu dikasihani." Kesimpulan perkataan Umar "lari dari Qadar Allah menuju Qadar Allah" itu merupakan dalil bahwa melaksanakan sebab juga termasuk Qadar Allah. Kita tahu bahwa apabila seseorang mengatakan " saya beriman kepada Qadar Allah dan Allah akan memberiku seorang anak dengan tanpa istri", maka orang tersebut dapat dikatakan gila. Begitu juga bila dia mengatakan "saya beriman kepada Qadar Allah dan saya tidak akan berupaya mencari rizki dan tidak melaksanakan sebab-sebab mendapatkan rizki", maka dia adalah dungu. Maka iman kepada Qadar tidak berarti menghilangkan sebab-sebab syar'iyah atau ikhtiar yang benar. Adapun sebab-sebab yang berupa prasangka yang dianggap palakunya sebagai sebab padahal bukan, maka hal itu di luar perhitungan dan tidak perlu diperhatikan.

Konsep Takdir dalam agama Islam
Taqdir berarti kepastian atau ketentuan. Yaitu suatu ketentuan yang telah ditetap Allah SWT kepada setiap hambaNya.
Ada yang namanya Taqdir Mubram yaitu suatu ketentuan yang bersifat pasti dan tak dapat dirubah oleh siapapun, seperti : Manusia pasti mati
dan ada yang namanya Taqdir Muallaq, yaitu suatu ketentuan berdasarkan situasi dan kondiri, seperti : Kalau seseorang itu rajin belajar, maka ia akan pandai, tapi jika ia malas, maka ia akan bodoh. orang yang rajin bekerja, ia akan kaya, tapi yang malas berusaha, ia akan miskin


Kesimpulan
Takdir dalam doktrin Quran bisa ditafsirkan oleh siapa saja sesuai kondisinya masing-masing. Sangat fleksibel dan tidak memiliki ketentuan yang pasti.
Custom Search