Indosat Blog Contest (SinyalKuat.co.cc)
Custom Search

Senin, 29 Desember 2008

Makna tahun baru islam


Landasan

:“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta,

benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah….”

(Q.S.al-Taubah/09:20)


History :

Hijrah Membangun PeradabanDalam kaidah bahasa Arab, Hijrah bermakna
“pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain.“
(Ibnu Manzur, Lisan al-Arab, Juz V, hlm 251 & Luis Ma’luf, Qomus al-Munjid, hlm 855).
Sebutan hijrah di dalam Islam kemudian dikaitkan dengan kejadian perpindahan
Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah (dulu bernama Yatsrib).
Nabi Muhammad melakukan hijrah karena adanya tekanan yang sangat kuat
dari kelompok yang merasa terusik dengan kehadiran Muhammad yang membawa agama baru dan memperlakukan para budak dan orang-orang miskin secara istimewa.

Kejadian hijrah inilah yang kemudian diabadikan oleh khalifah Umar sebagai awal dimulainya tahun Hijriyah.Kedatangan Nabi Muhammad SAW membawa perubahan bagi
Madinah yang dipenuhi dengan tindakan kekerasan, kesenjangan sosial,
dan pelanggaran hak-hak asasi manusia. Nabi meletakkan pondasi persaudaran dan perdamaian.
Tidak hanya antara kaum Muhajirin dengan Anshar, tetapi juga antara umat Islam dengan Yahudi.


Poin-poin penting perjanjian itu berisikan.:

a) Bahwa kaum Yahudi hidup damai bersama kaum Muslimin dan kedua belah pihak bebas menjalankan agama masing-masing.

b) Kaum Muslim dan Yahudi wajib memikul tanggung jawab belanja sendiri-sendiri.

c) Kaum Yahudi dan Muslim wajib saling tolong menolong.

d) Barang siapa yang tinggal di dalam atau di luar kota Madinah wajib dilindungi.

(Said Romdhan al-Buthi, Fiqh al-Sīrah, hlm 204-205).


Konteks sekarang :

Hijrah tidak hanya bermakna keluar dari satu tempat ke tempat yang lain,
melainkan juga berpindah dari kondisi buruk menuju kondisi yang lebih baik.
Gambaran tersebut dapat dipetik dari usaha Nabi yang berusaha keluar dari kondisi keterancaman
di Makkah menuju Madinah dengan tujuan untuk membangun peradaban Islam yang lebih baik.
Dalam kenyataan Islam kini, ancaman itu berbentuk kemiskinan, kebodohan dan intoleran,
baik sesama umat Islam maupun sesama umat beragama lainnya.
Ancaman tersebut juga datang dari kondisi bangsa yang mengumbar
kekerasan dan ketidakadilan pemimpin (korupsi, kolusi, dan nepotisme).
Kita wajib hijrah dari kondisi yang teraniaya tersebut.
Tentu hijrah itu dengan memerangi dan menghilangkan segala faktor yang melahirkan kemiskinan,
kekerasan, dan intoleransi yang menganiaya kita saat ini.
Keluar dari keterancaman tersebut tentu tidak mudah.
Ia membutuhkan perjuangan kuat (jihad).
Itulah alasan mengapa dalam setiap ayat kata “hijrah“ selalu
dibarengi dengan kata “Jihad“ atau perjuangan.
Hal tersebut bisa dilihat dari surat .

al-Taubah [09] ayat 20 yang berbunyi :

الذين امنوا وهاجروا وجاهدوا في سبيل الله باموالهم وانفسهم اعظم درجة عند الله أ ولئك هم الفائزون“

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta,
benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah;
dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan“.


Kesimpulan:


Merenungkan hijriyah sembari juga menyemai semangat berhijrahnya
Nabi dengan tidak mengulang perbuatan buruk di tahun lalu.
Persis seperti pernyataan Nabi bahwa “barang siapa yang menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin,
maka dialah orang yang beruntung“ Karenanya, haruskah cerita di atas menjadi pemandangan kita
setiap tahun baru Hijriyah ?

Tidak ada komentar:

Custom Search